Nama Teungku Abdul Jalal dan Teungku Mahmud Mahyuddin mungkin terdengar asing atau tak dikenal oleh publik di Indonesia. Tetapi dia lebih dikenal oleh publik di Malaysia maupun di Pattani, Thailand. Siapakah Teungku Abdul Jalal ? Menurut informasi yang dikutip dari laman wikipedia Teungku Abdul Jalal adalah seorang bangsawan Kesultanan Melayu Pattani. Dia adalah putra Raja Teluban ( kini menjadi Sai Buri di Pattani, Thailand ). Dia adalah wakil Melayu Pattani di Parlemen Thailand. Dia adalah salah satu pendiri Barisan Nasional Pembebasan Pattani ( BNPP ) yang didirikan pada tahun 1959. BNPP menuntut kemerdekaan Pattani dari Thailand. BNPP adalah suatu organisasi kerabat Kesultanan Melayu Pattani dan ulama Melayu Pattani.
Teungku Abdul Jalal pernah pula menjabat sebagai Wakil Ketua Gabungan Melayu Pattani Raya ( GAMPAR ), suatu organisasi pergerakan kemerdekaan Pattani dari Thailand yang didirikan oleh seorang bangsawan Kesultanan Melayu Pattani, Teungku Mahmud Mahyiddin, pada tahun 1948. Sedangkan Teungku Mahmud Mahyiddin adalah putra Sultan Pattani yang terakhir, Teungku Abdul Kadir Kamaruddin.
Menurut informasi yang dikutip dari laman facebook.com dan sejarawan Melayu Pattani Hasan Yamadibu pada zaman pendudukan Jepang di Pattani, Thailand, Teungku Mahmud Mahyuddin pernah menjadi perwira militer Inggris berpangkat mayor dengan tugas membentuk pasukan gerilya khusus yang disebut Force 136. Untuk mendapatkan dukungan dari sesama rumpun bangsa Melayu beliau pernah datang ke Jakarta, Indonesia, untuk menemui Presiden RI, Soekarno, untuk mendapatkan dukungan terbuka dari Indonesia bagi kemerdekaan Pattani dari Thailand dan menyertai pemberian ucapan selamat atas kemerdekaan Indonesia. Dalam pertemuan dengan Soekarno itu dia juga menuntut penggabungan Pattani dengan wilayah Indonesia ( baca pula travelingyuk.com ). Tapi Soekarno tidak bersedia menemuinya dengan alasan dia sibuk menghdapi agresi militer dan Soekarno menyatakan bahwa Pattani bukan koloni Belanda melainkan koloni Thailand. Pada saat itu pihak British ( Inggris ) telah melarang keberangkatan Teungku Mahmud Mahyuddin ke Indonesia agar meminta pertolongan kepada Indonesia.
Orang-orang Inggris memberinya gelar Harimau Malaya . Pada saat itu pula Inggris melanggar janji tidak memberikan kemerdekaan kepada etnis Melayu Pattani karena terikat perjanjian dengan Thailand tahun 1826, 1909, dan 1946 sebab Inggris khawatir jika Pattani merdeka dari Thailand maka seluruh koloni Inggris yang ada di Tanah Melayu akan jatuh ke tangan komunis dan Inggris membutuhkan Thailand sebagai pemasok beras bagi koloni Inggris di Tanah Melayu.
Kematian Teungku Mahmud Mahyiddin ( 1908-1904 ) menimbulkan kecurigaan dia meninggal karena diracun oleh lawan-lawan politiknya.