Sejarah Wayang Kulit Sumatera Selatan ( Wayang Kulit Palembang )

    

 Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang mayoritas penduduknya adalah orang Melayu dan berbahasa Melayu. Bahasa Melayu dialek Sumatera Selatan mempunyai banyak dialek salah satunya adalah Bahasa Melayu dialek Sumatera Selatan. Bahasa Melayu dialek Sumatera Selatan merupakan satu-satunya bahasa Melayu di Sumatera yang banyak dipengaruhi oleh kosakata bahasa Jawa. Mengapa ? Pengaruh Bahasa Jawa mulai mempengaruhi Bahasa Melayu dialek Palembang ketika Kerajaan Majapahit menaklukkan Sumatera Selatan pada tahun 1365 dan Palembang pernah pula dikuasai oleh Kesultanan Mataram. Pengaruh Bahasa Jawa pada bahasa Melayu dialek Palembang mulai masuk lagi saat eksodus orang Jawa dari demak, Jawa Tengah, di bawah pimpinan Ki Gede Ing Suro tuo yang melarikan diri ke Sumatera Selatan pasca kekalahan Arya Penangsang dalam erang saudara di Kesultanan Demak. Dia adalah putra Adipati Karang Widara ( Pangeran Surodiredjo ). Ki Gede Ing Suro Tuo resmi menjalankan pemerintahan sebagai wakil Sultan Demak di Palembang dari tahun 1545-1548 ( Referensi : Wikipedia ). 

 Menut informasi yang dikutip dari laman wikipedia Ki Gede Ing Suro Tuo adalah cicit Kemas ( Ki Mas ) Anom Jamaluddin ( cicit Raja Pajajaran Prabu Siliwangi dan putra Sultan Cirebon yang pertama Raden Walasungsang ). K Mas Jamaluddin adalah peletak dasar Kesultanan Palembang Darussalam yang Islami.

 Dalam pelariannya ke Sumatera Selatan itu, Arya Penangsang membawa seperangkat gamelan pelog, slendro, dan satu set wayang kulit untuk diberikan kepada penguasa Palembang. Para seniman wayang kulit asal Demak, Jawa Tengah, mengajarkan penduduk Melayu setempat bagaimana menggunakan gamelan dan memainkannya dalam pementasan wayang kulit. Namun menurut versi lainnya Wayang Kulit Palembang pertama kali diciptakan pada abad ke-19 pada masa pemerintahan Arya Damar di Kesultanan Palembang. Wayang Kulit Palembang menceritakan epos Ramayana dan Mahabharata. Wayang Kulit Palembang dipentaskan dalam Baso Palembang halus ( percampuran antara Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu ) dalam waktu 1 sampai 3 jam saja. Dalam pementasannya, tidak ada, suluk,sinden, dan dok-dok dalam Wayang Kulit Palembang. Inilah yang membedakan antara Wayang Kulit Yogyakarta, Cirebon ( Jawa Barat ), Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan Wayang kulit Sumatera Selatan. Menurut penelitian antropologis kesenian wayang kulit Palembang termasuk rumpun budaya Melayu Sumatera Selatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam

Bahasa Melayu di Singapura