Senin, 21 Maret 2022

Ramadhan Di Indonesia Pada Zaman Kolonial Belanda

 Ramadhan di seluruh dunia hanya sekitar 1 minggu lagi. Pada saat ramadhan banyak umat Muslim di seluruh dunia yang melakukan amal ibadah seperti mengkhatamkan al-Qur`an, itikaf di masjid, membayar zakat fitrah dan lain-lain. Bagaimana dengan Ramadhan di Indonesia pada zaman kolonial Belanda ?

 Berdasarkan informasi yang dikutip dari nationalgeographic.id meskipun Pemerintah kolonial Belanda masih memiliki kontrol pemerintahan di Indonesia, umat Muslim masih diberikan kesempatan untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinannya. Pada masa kolonial Belanda juga sudah terjadi perdebatan untuk menentukan awal Ramadhan yang ditentukan dengan hisab dan rukyat yang dipimpin oleh Perhimpoenan Penghoeloe dan Pegawainya ( PPDP ) atau yang lebih dikenal dengan Hoofdbestuurs. Pada masa itu dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdalatul Ulama dan Muhammadiyah g juga mempunyai Hoofdbestuurs ( Pengurus Pusat ) masing-masing turut menentukan hisab dan rukyat awal Ramadan.

 Pada masa itu Pemerintah kolonial Belanda juga memberlakukan libur sekolah selama Ramadan atas usulan Dr. N Adriani selaku Penasehat Urusan Bumiputera Pemerintah Kolonial Belanda. Pemerintah kolonial Belanda menyetujui usulan ini. Sekolah-sekolah Gubernemen Belanda seperti HIS ( Hollandsch-Inlandsche School ), AMS  Algemeene Middelbare School ), Meer Uitgebreid Lagere Onerwijs ( MULO ), dan sekolah-sekolah lainnya diliburkan karena mayoritas muridnya adalah umat Muslim.

 Seperti halnya dengan Ramadan sekarang pada saat itu para siswa memanfaatkan libur Ramadan dengan melakukan banyak ibadah seperti mengaji, membantu orang tua , dan sholat di masjid serta ngabuburit ( menunggu waktu berbuka puasa ) seperti memancing ikan. 

 Pada tahun 1929 Pemerintah kolonial Belanda mengizinkan penyelenggaraan sholat Idul Fitri dan Idula Adha di Lapangan terbuka. Sebelumnya Pemerintah Kolonial Belanda hanya mengizinkan penyelenggaraan sholat Idul Fitri dan Idul Adha hanya di dalam masjid. Ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan agar masjid tiak menjadi pusat perlawanan terhadap Pemerintah kolonial Belanda. Pada saat itu pusat pelaksanaan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha di Batavia ( kini Jakarta ) adalah Koningsplein ( Kini Lapangan Monas ) di Gambir.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Poenale Sanctie

Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, pe...