Boedi Oetomo : Sejarah Dan Latar Belakang Berdirinya

 


   Boedi Oetomo adalah organisasi  pemuda yang didirikan oleh Soetomo dan para pelajar STOVIA ( School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen/Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera ) yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeradji. Menurut informasi yang dikutip dari laman wikipedia dan buku Indonesia Rumah Bersama penerbit Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia ( 2008 ) bahwa Boedi Oetomo didirikan pada tanggal  20 Mei 1908 di Gedung STOVIA ( kini Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta ). Berdirinya organisasi ini digagas oleh Dokter Wahidin Sudirohusodo pada saat mengunjungi STOVIA untuk menyampaikan gagasan tentang pemberian beasiswa kepada para pelajar STOVIA yang tidak mampu tapi berprestasi. Dalam pertemuan dengan para pelajar STVIA itu beliau menyampaikan gagasannya untuk mendirikan suatu organisasi di bidang pendidikan yang dapat memberikan beasiswa kepada para pelajar STOVIA yang berprestasi tapi berhemat biaya. Selain Dr. Wahidin Soedirohusodo, berdirinya Boedi Oetomo juga merupakan pengaruh dari Dokter Abdul Rivai, seorang dokter pribumi lulusan STOVIA dan juga seorang anggota Volksraad, yang menulis artikel tentang pentingnya membentuk suatu perkumpulan yang dia sebut sebagai " perkumpulan kaum muda " di koran Bintang Timoer. Organisasi ini medrupakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan Kebudayaan Jawa. Sejak tahun 1948 hingga sekarang berdirinya Boedi Oetomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

 Berdirinya Boedi Oetomo mendapatkan dukungan penuh dari bangsawan Mangkunegaran dan Kasunanan Solo di Solo, Jawa tengah, serta bangsawan Pakualaman di Yogyakarta. Nama Boedi Oetomo diambil dari kata budi yang artinya keterbukaan jiwa, pikiran, akal atau pengadilan. Selanjutnya Soeradji dan Soetomo mengadakan pertemuan dengan para pelajar STOVIA lainnya di ruang anatomi Gedung STOVIA saat mereka sedang beristirahat. Dalam pertemuan itu mereka menyepakati pembentukan suatu oragnisasi yang diberi nama " Boedi Oetomo " sehingga Boedi Oetomo pun lahir pada hari itu juga 20 Mei 1908. Para pelajar STOVIA pendiri Boedi Oetomo antara lain Raden Mas Goembrek, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji Tirtonedoegoro, M. Soewarno, Mochammad Saleh, Gondo Soewarno, Angka Prodjosoedirdjo, dan Mochammad Sulaiman. Soetomo dan lkawan-kawan sempat terancam akan dikeluarkan dari STOVIA namun dia dan kawan-kawannya dibela oleh direktur STOVIA, Dr. H.F. Roll, sehingga mereka dapat melanjutkan studi mereka di STOVIA. 

Karena masih harus menyelesaikan studi kedokteran di STOVIA, maka para pelajar STOVIA menyerahkan kepengurusan Boedi Oetomo kepada golongan yang lebih tua dan berpengalaman sebagai penghormatan. Pada 3-5 Oktober 1908 Boedi Oetomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Yogyakarta. salah satu agenda kongres itu membahas usulan Dr. wahidin Sudirohusodo tentang pembentukan studiefonds ( pemberian beasiswa ), tapi usulan itu ditolak dengan tiga poin :

1. Keterbatasan Gerakan Bantuan Pelajar

2. Kesulitan Saat Pelaksanaan

3. Aktivitas membantu pelajar merupakan sebagian program kerja Boedi Oetomo.

Pada era kepemimpinan Bupati karang Anyar Jawa Tengah di Boedi Oetomo, R. A. A. Tirtokoesoemo ( 1908-1911 ) Boedi Oetomo menerbitkan majalah " Goeroe Desa " serta perubahan kurikulum Bahasa Belanda yang semula diajarkan dari kelas tiga ke atas menjadi dimulai dari kelas 1. Boedi Oetomo bersikap kooperasi dengan pemerintah kolonial Belanda. 

9 September 1909 Boedi Oetmo mengadakan kongresnya yang kedua di Yogyakarta. Dalam kongres itu Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat ( KI Hajar dewantoiro ) memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Boedi Oetomo karena kongres menolak usulan Dr. Tijpto Mangoenkoesomo agar Boedi Oetomo berubah menjadi partai politik dan menerima orang-orang Indo-Belanda sebagai anggota Boedi Oetomo.

 Pada tahun 1911 kepemimpinan R. A. A. Tirtokoesoemo di Boedi Oetomo digantikan oleh seorang bangsawan Pakualaman Yogyakarta yang bernama Pangeran Ario Noto Dirodjo karena R. A. A. Tirtokoesoemo tidak sanggup lagi mengikuti arus dalam gerakan Boedi Oetomo. Pada masa kepemimpinan Pangeran Ario Noto Dirodjo, boedi oetomo mendirikan 1 sekolah di solo, Jawa Tengah, dan 2 sekolah di Yogyakarta.

 Pada tanggal 1 Juli 1924 sepulangnya dari studi kedokteran di Belanda, Dokter Soetomo mengganti nama Boedi Oetomo menjadi Indonesische Studie Club ( Kelompok studi indonesia atau ISC  ). kemudian pada tanggal 16 Oktober 1930 ISC berganti nama menjadi Persatoean Bangsa Indonesia ( PBI ) yang bergerak di bidang sosial dan ekonomi.

Pada 24-26 Desember 1935 Kongres PBI memutuskan perubahan nama PBI menjadi Partai indonesia Raya ( Parindra ) yang dipimpin oleh pahlawan nasional asal Jakarta, Muhammad Husni Thamrin, dan Dokter Soetomo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam

Bahasa Melayu di Singapura