Kamis, 30 Juni 2022

 Kesultanan Serdang Kesultanan Melayu Dari Sumatera Utara Yang  Dilupakan

 Wilayah Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang dihuni oleh etnis Melayu. Etnis Melayu di Sumatera Utara adalah salah satu etnis terbesar selain etnis Batak, Karo, Simalungun, Mandailing, dan Cina. Di wilayah Sumatera Utara ini terdapat beberapa Kesultanan Melayu. Salah satunya adalah Kesultanan Serdang.

 Menurut informasi yang dikutip dari kumparan.com Kesultanan Serdang merupakan pecahan dari Kesultanan Melayu Deli yang juga berasal dari Sumatera Utara. Kesultanan Deli didirikan pada tahun 1632. Sedangkan Kesultanan Serdang didirikan pada tahun 1723. Berdirinya Kesultanan Serdang bermula dari konflik internal Kesultanan Melayu Deli Serdang akibat perebutan tahta dua orang putra Sultan Deli, Tuanku Panglima Paderap, yaitu Tuanku Pasutan dan Tuanku Umar Johan Alamsyah. Tuanku Pasutan mengusir adiknya yaitu Tuanku Umar Johan Alamsyahdan ibunya yaitu permaisuri Tuanku Puan ke wilayah Serdang. Tuanku Umar Johan Alamsyah adalah pendiri sekaligus Sultan Serdang yang pertama.

 Tuanku Umar Johan Alamsyah menikah dengan Tuanku puan Sri Alam, putri Sultan Perbaungan yang kemudian bergabung dengan Kesultanan Serdang. Wilayah Serdang lainnya yang turut bergabung dengan Kesultanan Serdang yaitu adalah suatu negeri di Denai dan Serbajadi, yang dibangun oleh Tuanku Tawar Gelar Kejuruan santun, salah satu keturunan Sultan Deli.

 Kesultanan Serdang mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sulatan Thaf Sinar bashar Shah ( memerintah tahun 1822-1851 ).  

 Pada tahun 1862 Belanda menaklukkan Kesultanan Melayu Serdang. Pada tanggal 16 Agustus 1862 Belanda dan Sultan Serdang menandatangani acte van erkenning yang menyatakan Kesultanan Melayu Serdang merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Belanda. Di sisi lain, pada waktu itu Kesultanan Serdang masih bermusuhan dengan saudara sepupunya, Kesultanan Deli.

 Puncak perselihan antara Sultan Serdang dan Sultan Deli terjadi pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah di Kesultanan Serdang ( 1879-1946 ). Konflik itu baru mereda setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.

   Reman Kesultanan Melayu Dari Thailand Yang Sudah Hilang

  Menurut informasi yang dikutip dari laman wikipedia Kerajaan Reman adalah sebuah Kerajaan Melayu yang terletak di perbatasan Malaysia-Thailand antara wilayah Perak Atas di Negara Bagian Perak dan Jeli di Negara Bagian Kelantan di Malaysia dengan Amphoe Reman di Provinsi Yala di Thailand Selatan. 

  Kerajaan Reman adalah suatu dari tujuh wilayah Kesultanan Melayu Patani dari Thailand yang dibagi oleh Inggris dan Thailand antara tahun 1810 dan 1902. Sultan pertama dari Kerajaan Reman adalah Tuan Mansor adalah seorang bangsawan Kesultanan Melayu Patani dari Thailand yang naik tahta pada tahun 1810.

 Menurut informasi yang dikutip dari wikipedia nama Reman diambil dari kata bahasa Melayu Patani dari Thailand rama yang serumpun dengan bahasa Melayu ramai yang artinya " majlis besar ". Sedangkan orang-orang Inggris yang menjajah bagian utara Semenanjung Malaya menyebut Reman dengan sebutan Rahman dan Rehman dan orang-orang Thailand yang menjajah Thailand Selatan mengeja Reman dengan Raman.

 Henry Burney, seorang diplomat Inggris di Thailand dan pelancong British East India Company ( Perusahaan Dagang Inggris Di India ), mencatat bahwa Reman adalah salah satu dari empat belas pemerintahan di Thailand Selatan yang membayar upeti kepada Raja Thailand melalui perwakilan mereka di Provinsi Nakhon Sri Tammarat dan Songkhla, Thailand. Dua orang Britania Raya ( Inggris ) lainnya yang mencatat tentang Kerajaan Melayu Reman di Thailand adalah Sir John Anderson ( diplomat ) pada tahun 1824 dan Gubernur Inggris di Pulau Penang, Malaysia, Sir John Bannerman pada tahun 1818.

 Kerajaan Melayu Reman didirikan pada awal abad ke-19 di atas kerajaan Melayu tetangga Pujud, Jalor, dan Legeh. Pada tahun 1810 Tuan Tok Ni Tok Leh yang juga dikenal sebagai Tuan Mansor  muncul sebagai raja tunggal Kerajaan Reman. Dia ditunjuk oleh Sultan Patani, Muhammad Raja Bakar, untuk mengelola pertambangan di wilayah selatan Thailand. 
 Pada akhir abad ke-18 dia dan para pengikutnya menetap di Dataran Tinggi Kroh di Negara bagian Perak, Malaysia, sebuah daerah yang menerima eksodus orang-orang Melayu Patani setelah Kerajaan Thailand menaklukkan Kesultanan Melayu Patani pada tahun 1785.

 Pada tahun 1810 Kerajaan Thailand membagi Kesultanan Patani menjadi 7 konfederasi kerajaan Melayu yaitu Nongcik, Reman, Legeh, Saiburi, Yaring, Yala, dan Patani dengan tujuan untuk melemahkan Kesultanan-kesultanan Melayu itu.

 Tuan Tok Ni Tok Leh dikukuhkan sebagai Raja Reman dengan wilayah kekuasaannya meliputi Sungai Pattani di Thailand hingga Sungai Mas di utara Semenanjung Malaya dan Sungai Lenggong di Thailand Selatan.

Selasa, 28 Juni 2022

                  Etnis Melayu Di Myanmar

 Menurut informasi yang dilansir dari wikipedia Etnis Melayu Myanmar disebut orang Pashu.        Mereka tinggal di Tanatheryl  ( Tanah Serim ) dan Kepulauan Mergui di Selatan Myanmar.

 Menurut informasi yang dilansir dari tirto.co.id dan wikipedia orang Melayu yang berasal dari bagian selatan Myanmar adalah keturunan etnis Melayu asal Negara Bagian Kedah, Malaysia, yang merantau ke Myanmar pada abad ke-19. Mereka adalah nelayan yang dibawa oleh seorang peranakan Arab-Melayu bernama Nayeeda Ahmed. Ada juga etnis Melayu yang berasal dari bagian utara Semenanjung Malaya lainnya dan Patani di Thailand.

 Pengaruh Melayu di bagian Selatan Myanmar terlihat jelas pada nama-nama pemukiman tertentu di Kawthung, Tanatheryl, Myanmar, seperti kampong ( Bahasa Indonesia : kampung ), ulu ( Bahasa Indonesia : Hulu ), telok ( Bahasa Indonesia : teluk ), tengah, dan pulau. 

Minggu, 26 Juni 2022


 Daftar Silsilah Sultan Kelantan Dari Malaysia

  Sultan Kelantan adalah Sultan Melayu yang memerintah di Negara Bagian Kelantan, Malaysia. Berikut ini daftar silsilah Sultan Kelantan yang dikutip dari sejarah.kelantan.com :

1. Nik Mustofa ( Ong Topouo ) ( Ong Ronan ) ( Tuk Agog ) ( Po Rome )

2. Pemangku Sultan Patani dari Thailand menjadi Raja Champa di Kamboja dan Vietnam dengan gelar Sultan Abdul Hamid Shah ( Raja Sri Sarwasadesa )

3. Nik Badrussalam Sultan Singgora ( Songkhla ) di Thailand Pengaggas Keluarga DiRaja Singgora dari abad ke-17 hingga abad ke-18 Masehi

4. Nik Ibrahim ( Po Ibrahim ) ( Ong Chai Nek ) ( Po Nrop ) Datu Kelantan ( 1634-1637 ) Raja Champa ( 1637-1684 )

5. Wan Da-Im ( Po-Top ) ( Ba Tranh ), Datu Jambi dari Patani, Thailand, menjadi Raja Champa di Kamboja dan Vietnam ( 1684-1692 ) pindah ke patani, Thailand, menjadi Datu Jambu.

6. Tuan Sulung Datu Kelantan Barat ( 1698-1713 )

7. Long Bahar Sultan Patani dari Thailand hingga 1715

8. Long Nik dari Patani, Thailand.

9. Long Muhammad Sultan Kelantan Barat ( 1717-1757 )

10. Long Pandak Sultan Kelantan ( 1757-1763 )

11.  Log Punug Datu Pujud Sultan Patani dari Thailand memerintah mulai memerintah di Kesultanan Kelantan pada 1749. 

 12. Long Nik Datu Pud dai Patani, Thailand.

 13. Long Abdulrahman Baginda Raja Legeh Raja Tuan Besar Sultan Kelantan ( wafat 1749 ).

 14 . Long Sulaiman Sultan Kelantan ( 1735-1739 ) ( 1746-1756 ).

 15. Raja Yunus Sultan Patani dari Thailand ( wafat 1749 )

 16. Nik Ali Panglima Agung Kesultanan Melayu Patani dari Thailand. Beliau pergi ke Sulawesi Selatan, Indonesia, bersama ratusan tentara Kesultanan Melayu Patani untuk merebut kekuasaan orang Bugis di sana. Kemudian pulang ke Patani, Thailand, untuk mengambil orang-orang lagi tapi kemudian beliau meninggal di Patani. Beliau adalah leluhur " Kaum Nik " yang tinggal di Negara Bagian Kelantan dan Terengganu di Malaysia serta Patani di Thailand.

17. Long Yunus Sultan Kelantan ( 1765-1794 )

18. Putri Cek Ku Tuan Nawi.

19. Long Muhammad Sultan Kelantan ( Sultan Muhammad I ) Sultan Kelantan ( 1837-1886 ).

20. Raja Temenggong

21. Raja Banggol

22. Raja Kampung Laut 

23. Long Ahmad ( Raja Bukit )

24. Long Yusuf

25. Sultan Muhammad II ( 1837-1886 )

26. Sultan Tengah Sultan Kelantan ( 1837-1886 )

27. Sultan Muhammad Sultan Patani dari Thailand yang terakhir memerintah di Kesultanan Kelantan hingga tahun 1921

28. Sultan Muhammad III  Sultan Kelantan ( 1880-1890 )

29. Sultan Muhammad IV 9 1899-1920 )

30. Sultan Ismail ( 1920-1944 )

31. Sultan Ibrahim ( 1944-1960 )

32. Sultan Yahya Petra ( 1960-1979 )

33. Sultan Ismail Petra ( 1979-2011 )

34. Sultan Muhammad V ( 2011-sekarang ). 

Catatan : Menurut berbagai referensi di internet Sultan Kelantan dari Malaysia ini masih mempunyai hubungan keluarga dengan Sultan Patani dari Thailand oleh sebab itu banyak Sultan Patani yang memerintah di Kesultanan Kelantan.

Sabtu, 25 Juni 2022


 Sejarah Masuknya Islam Di Patani Thailand

  Patani merupakan provinsi yang berada di Selatan Thailand. Letaknya berada di perbatasan Thailand-Malaysia. Mayoritas penduduknya penduduknya adalah etnis Melayu dan menganut Islam. Selain etnis Melayu, di Provinsi juga terdapat etnis Siam ( Thailand ) yang menganut agama Budha. Maka tak heran di sini terdapat masjid dan juga pagoda. Di Selatan Thailand ini sering terjadi konflik antara etnis Melayu Patani dengan Pemerintah Thailand karena etnis Melayu Patani di diskriminasi oleh pemerintah Thailand dan Pemerintah Thailand menganggap wilayah Thailand Selatan sebagai koloni Thailand sejak tahun 1785. Keadaan itu semakin memanas ketika Inggris mengakui kekuasaan Thailand atas tujuh provinsi di Thailand Selatan sebagai koloni Thailand berdasarkan Perjanjian Inggris-Thailand tahun 1826 dan 1909. Sebagai timbal baliknya Thailand menyerahkan Kelantan, Kedah, Perlis, dan Terengganu di Malaysia kepada Inggris.

 Setelah berhasil menaklukkan Kesultanan Melayu Patani, pada tahun 1808 Raja Thailand membagi Kesultanan Melayu Patani menjadi tujuh negeri Melayu yaitu Reman, Nongcik, Teluban, Yala, Patani, dan Legeh dengan tujuan untuk melemahkan Kesultanan Melayu. Meskipun Thailand berhasil menaklukkan Thailand Selatan dengan bantuan Inggris, perlawanan rakyat Melayu setempat di bawah pimpinan para Sultan Patani dan Ulama setempat yang dibantu oleh para Sultan Melayu yang berasal dari Semenanjung Malaya terhadap Kerajaan Thailand terus berlanjut. Namun sayangnya, dengan bantuan Inggris Raja Thailand berhasil mengalahkan mereka.

 Menurut informasi yang dikutip dari republika.co.id agama Islam masuk ke Patani, Thailand, pada abad ke-12 Masehi. Para saudagar Arab, Persia, India, dan juga para ulama asal Aceh, Indonesia, adalah para penyebar agama Islam di Patani, Thailand, ini. Hal ini dibuktikan dengan temuan sejumlah Al-Qur`an kuno dari Aceh, Indonesia,  yang disimpan di sebuah pesantren di Selatan Thailand, nisan beraksara Arab di sebuah kampung di Patani, dan sejumlah masjid tua yang ada di Patani.

 Tanggung jawab urusan agama Islam di Patani, Thailand, diserahkan kepada seorang mufti yang bergelar syaikhul Islam ( Bahasa Thailand : Chularajmontree ). Mufti ini berda di bawah Kementerian Dalam Negeri Thailand dan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Thailand. Mufti itu bertugas mengatur kebijakan yang berhubungan denhgan kehidupn mat Muslim seperti penentuan awal dan akhir kalender hijriyah.

 Menurut data statistik dan yang dilansir dari republika.co.id jumlah penduduk Muslim di Thailand sekitar 4 juta jiwa dari 65 juta penduduk Thailand. Agama Islam adalah agama terbesar kedua di Thailand setelah agama Budha. 

 Saat ini banyak mahasiswa asal Patani, Thailand, yang kuliah di sejumlah UIN ( Universitas Islam Negeri ) di Indonesia. Selama tinggal di Indonesia, mereka tidak menemukan masalah komunikasi dengan penduduk setempat karena Bahasa Melayu Standar mereka serumpun dengan Bahasa Indonesia serta masih memelihara tradisi budaya Melayu Patani seperti mengenakan teluk belanga, songket, dan baju kurung.

 Referensi :

Republika 

Jumat, 24 Juni 2022

  Daftar Silisilah Sultan Melayu Brunei Darussalam

 Menurut informasi yang dikutip dari jurnalsoreang.pikiranrakyat.com dan wikipedia Sultan Brunei Darussalam adalah kepala negara Brunei Darussalam. Berikut ini garis keturunan Sultan Brunei Darussalam yang dikutip dari jurnalsoreang.pikiranrakyat.com dan wikipedia :

1. Muhammad Shah ( Awang Alak Betatar ) (1363-1402 ), pendiri Kesultanan Melayu Brunei darussalam asal Minangkabau dan putra Sultan Kedah dari Malaysia, Ibrahim Shah.

2. Ahmad ( 1408-1425 ), putra Sultan Muhammad Shah.

3. Sharif Ali ( 1425-1433 ), orang Arab, menantu Sultan Ahmad

4. Sulaiman dari Brunei ( 1433-1473 )

5. Bolkiah ( 1473-1521 )

6. Abdul Kahar ( 1521-1575 )

7. Saiful Rijal ( 1525-1600 )

8. Shah Berunai ( 1600-1605 )

9. Hassan ( 1605-1619 )

10.Abdul Jalilul Akbar ( 1619-1649 )

11.Abdul Jalilu Jabbar ( 1649-1652 )

12.Muhammad Ali (1652-1660 )

13.Abdul Hakkul Mubin ( 1660-1673 )

14.Muhyiddin ( 1673-1690 )

15.Nasruddin ( 1690-1705 )

16. Hussin Kamaluddin ( 1705-1730, 1745-1762 )

17.Muhammad Alauddin ( 1730-1745 )

18.Omar Ali Saifuddin I ( 1762-1795 )

19.Muhammad Tajuddin ( 1796-1807 )

20.Muhammad Jamalul Alam I ( 1806-1807 )

21.Muhammad Kanzul Alam ( 1807-1829 )

22.Muhammad Alam ( 1825-1828 )

23.Omar Ali Saifuddin II ( 1829-1852 )

24.Abdul Momin ( 1852-1885 )

25.Hashim Jalilul Alam Aqamuddin ( 1885-1906 )

26.Muhammad Jamallul Alam II ( 1906-1924 )

27.Ahmad Tajuddin ( 1924-1950 )

28. Omar Ali Saifuddin III ( 1950-1967 )

29.Hassanal Bolkiah ( 1967-sekarang )

Perlawanan Bangsamoro Terhadap Amerika Serikat Di Filipina Bagian 2

  Pada tahun 1905 Amerika Serikat mengeluarkan The Mining Law ( Undang-Undang Pertambangan ). Isi perjanjian itru menyebutkan semua tanah yang diakui sebagai milik Amerika Serikat, maka tanah itu bebas dieksplorasi untuk tambang sebagai modal. Amerika Serikat menjadi semakin agresif menekan Sultan Sulu dan Mindanao melalui Undang-Undang Kolonisasi Quino Recto tahun 1935. Kemudian Amerika Serikat membangun pemukiman Kristen yang datang dari wilayah utara Filipina di Filipina Selatan. Tujuan Amerika Serikat yaitu hendak meluruhkan situasi homogen dan keunggulan Muslim di Mindanao. Jadi kesimpulannya konflik antaea Bangsamoro melawan Amerika Serikat disebabkan karena masalah pertanahan dan juga izin membuka tambang.

 Penduduk Kristen dari wilayah utara Filipina dipermudah untuk memperoleh tanah di Filipina Selatan. Hal ini mendorong migrasi penduduk orang Filipina Kristen ke wilayah Filipina Selatan. Amerika Serikat kemudian membentuk Provinsi di Filipina Selatan yang disebut Moro Land. Alasannya untuk memberikan arahan ke masyarakat modern. Akibatnya terjadi pertempuran antara Bangsamoro melawan Amerika Serikat yang berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat. 

 Referensi 

Republika.co.id

 


 Perlawanan Bangsamoro Terhadap Amerika Serikat Di Filipina Bagian 1

  Bangsamoro adalah salah satu etnis rumpun Melayu di Filipina. Bangsamoro mempunyai 13 subetnik di Filipina. Bangsamorio disebut pula dengan orang Tausug. Mereka adalah Muslim dan menggunakan bahasa Melayu dialek Sulu yang disebut Bahasa Tausug. Bahasa Tausug ini mempunyai banyak kesamaan dengan Bahasa Melayu Standar di Malaysia, Brunei, Singapura, dan juga Bahasa Indonesia. Bangsamoro menghuni Kepulauan Sulu dan Mindanao di Filina Selatan dan kemudian juga berdiaspora ke Malaysia dan juga Indonesia yang masih serumpun Melayu. 

 Penjajah Spanyol yang datang ke Filipina mengidentikkan Bangsamoro dengan lanun ( perompak ) sebab kata Moro berasal dari Bahasa Spanyol " Moors " yang artinya perompak. sebagai perompak, orang jahat, dan buta huruf. Mereka menawan para tawanannya untuk kemudian dijual sebagai budak. Bangsamoro dikenal gigih dalam berperang melawan Spanyol pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Tetapi pada tahun 1898 Spanyol berperang melawan Amerika Serikat dalam Perang Kuba yang berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat.

 Spanyol kemudian mengadakan perjanjian damai dengan Amerika Serikat pada tanggal 10 Desember 1898. Isi perjanjian itu Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika Serikat. Melalui perjanjian itu Spanyol menjual Filipina Utara dan Filipina Selatan seharga 20 juta dollar Amerika Serikat. Wilayah Filipina Selatan yang mayoritas Muslim merupakan satu-satunya wilayah Filipina yang gagal ditaklukkan oleh Spanyol. Daerah ini tetap berada di bawah kekuasaan Sultan Sulu dan Mindanao.

 Pada 20 Agustus 1898 Sultan Sulu dan Amerika Serikat menandatangani Traktat Bates. Isi perjanjian itu menyatakan Amerika Serikat bertekad memberikan kebebasan beragama, menyampaikan aspirasi, serta meningkatkan pendidikan di tengah masyarakat Muslim Filipina yang disebut Bangsamoro. Akan tetapi Traktat Bates hanya merupakan alat bagi Amerika Serikat untuk merebut simpati umat Muslim Filipina. Hal itu supaya umat Muslim dan Sultan-Sultan Melayu di Filipina tidak melakukan pemberontakan seperti yang mereka lakukan terhadap Spanyol.

 Antara tahun 1914-1920 Amerika Serikat menekan umat Muslim dan Sultan-Sultan Melayu di Filipina Selatan dengan menerapkan beberapa kebijaksanaan seperti Land Registration Act ( Undang-Undang Registrasi Tanah ) pada 1902. Kebijakan itu mewajibkan umat Muslim Filipina Selatan meregistrasi tanah milik mereka kepada pemerintah kolonial Amerika Serika Serikat dalam bentuk tertulis dan harus ditandatangani. 

 April 1903 Muncul Phillipine Commision Act No. 718. Oktober 1903 berlaku Land Act No. 296. Kebijakan itu menyatakan semua tanah milikmpribadi yang tidak didaftarkan sesuai denagn Land Registration Act maka status tanah itu menjadi milik Amerika Serikat ( Baca pula Republika co.id )

Senin, 20 Juni 2022

 Sejarah Penyebaran  Islam Di Singapura

   Singapura merupakan negara terkecil di Asia Tenggara. Luas negara pulau itu sedikit lebih kecil daripada luas wilayah provinsi DKI Jakarta. Namun demikian, penduduk Singapura sangat homogen dan multikultural.

  Keberagaman budaya dan agama yang ada di Singapura dapat dilihat dari penduduk Singapura yang multietnis yaitu Melayu, Eurasia ( peranakan Eropa dan Asia ), Arab, India, dan Cina. Mayoritas penduduk Singapura adalah etnis Cina sekitar 75 persen. Kemudian disusul oleh etnis Melayu 15 persen, dan India 10 persen. Mayoritas muslim di Singapura adalah etnis Melayu kemudian disusul oleh Arab dan India.

 Menurut informasi yang dikutip dari laman kompas.com dan berbagai referensi di internet lainnya agama Islam masuk ke Asia Tenggara sekitar abad ke-7 Masehi bersamaan dengan kedatangan para saudagar Arab dan Muslim India asal Gujarat. Hal ini dibuktikan dengan adanya cerita dari China dari masa Dinasti Tang. Sementara itu, para saudagar Arab dan Muslim India itulah yang menyebarkan agama Islam di Asia Tenggara.

 Sejarah masuknya Islam ke Singapura terjadi bersamaan dengan masuknya para saudagar Arab, Persia, dan Muslim India pada abad ke-8 Masehi. Dengan demikian, para pedagang Arab, Persia, dan India adalah penyebar agama Islam di Singapura.

 Sebelum Islam masuk ke Singapura, Singapura merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Siam ( Thailand ), Sriwijaya, dan juga Majapahit sebelum akhirnya dikuasai oleh Parameswara, pendiri Kesultanan Melayu Singapura dan Malaka di Semenanjung Malaya.

 Pada periode Kesultanan Melayu Singapura dan Malaka inilah para pedagang Arab, Persia, dan India menyebarkan agama Islam di Singapura dengan berbagai cara seperti melalui pernikahan dengan penduduk Melayu setempat yang kemudian melahirkan komunitas Melayu. 

 Pada periode ini pembelajaran agama Islam masih dilakukan di surau-surau, rumah-rumah, dan masjid-masjid. 

 Setelah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, syiar Islam di Singapura terhenti. Pada tahun 1613 Portugis menghancurkan Singapura yang menyebabkan Singapura menjadi pulau yang tidak berpenghuni. Namun, setelah Belanda berhasil mengusir Portugis dari Malaka, agama Islam mulai perlahan-lahan tersebar lagi di Singapura.

 Tapi tak lama kemudian Inggris menjajah Singapura dari tahun 1819 hingga pertengahan abad kedua puluh. Pada masa kolonial Inggris, perkembangan agama Islam di Singapura tidak pesat.
Pada awal abad kedua puluh di Singapura mulai muncul gerakan agama Islam etnis Melayu di sana. Mereka membentuk Masyarakat Dakwah Muslim.

 Setelah Inggris meninggalkan Singapura dan Singapura memperoleh kemerdekaan dari Inggris, perkembangan Islam di Singapura menjadi semakin berkembang pesat. 

 Pada tahun 1966 Parlemen Singapura mengesahkan Administration of The Muslim Law Act ( Undang-Undang Pemerintahan Muslim ). Undang-undang yang mulai berlaku sejak 1968 ini mendefinisikan kekuasaan dan yurisdiksi tiga lembaga Muslim, yaitu :

1. Dewan Agama Islam Singapura

2. Pengadilan Syariah Islam

3. Catatan Pernikahan Muslim

Sabtu, 18 Juni 2022

 


                                            Kesultanan Melayu Malaka Di Malaysia : Sejarah Dan Keruntuhannya

  Kesultanan Melaka merupakan suatu Kesultanan Melayu yang terletak di Selat Melaka,di Semenanjung Malaya ( Malaysia ) yang merupakan jalur perdagangan internasional. Menurut informasi yang dikutip dari kompas.com dan Galeri Melaka di Kota Tua Jakarta Kesultanan Melaka didirikan pada abad ke-15 Masehi oleh Parameswara, sultan Melayu Tumasek ( Singapura ) keturunan Raja Sriwijaya yang melarikan diri ke Malaka akibat serangan Kerajaan Siam ( Thailand ) dan Majapahit.

 Kesultanan Melayu Malaka merupakan Kesultanan Melayu tertua kedua di Asia Tenggara setelah Kerajaan Melayu Champa di Kamboja dan Vietnam atau Kesultanan Melayu Patani di Thailand. Berkat bantuan para pelaut dan orang Melayu asal palembang, Sumatera Selatan, Parameswara yang setelah masuk Islam bergelar Megat Iskandar Shah dapat dengan membangun Malaka sebagai pelabuhan perdagangan internasional. Pada masa kejayaannya wilayah kekuasaan Kesultanan Malaka meliputi seluruh Semenanjung Malaya dan Riau di Indonesia.

 Namun, sayangnya pada tahun 1511 Portugis berhasil menaklukkan Malaka untuk mencari sumber rempah-rempah pada saat Kesultanan Malaka diperintah oleh Sultan Mahmud Shah sehingga Sultan Malaka yang terakhir itu melarikan diri ke Pulau Bintan di Riau, Indonesia, hingga wafatnya di sana. 

 Pada tahun 1641 Belanda yang sedang berperang melawan Portugis berhasil merebut Malaka dengan bantuan Sultan Johor dari Malaysia. Pada tahun 1795 Belanda menyerahkan Malaka kepada Britania Raya ( Inggris ). Tetapi Inggris kemudian memgembalikan Malaka kepada Belanda. Pada tahun 1824 berdasarkan perjanjian antara dua penjajah Eropa yaitu Belanda dan Britania Raya, Belanda menyerahkan Malaka kepada Inggris. Pada awal abad ke-19 Masehi Angkatan Laut Inggris banyak menghancurkan bangunan2 warisan Portugis yang ada di Malaka dengan tujuan untuk memindahkan pusat perdagangan ke Pulau Penang di Negara Bagian Kedah, Malaysia.

 Pada tahun 1826 Britania Raya menyatukan Singapura serta Malaka dan Pulau Penang di Semenanjung Malaya dalam Straits Settlements ( Pemukiman Selat ). Pada tahun 1867 Malaka mulai resmi menjadi koloni Britania Raya. Pada tahun 1942-1945 Malaka dan seluruh Semenanjung Malaya diduduki oleh tentara Jepang dan kemudian dibebaskan oleh tentara Inggris pada akhir Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1948 Kesultanan Malaka bersama Kesultanan Melayu lainnya yang berada di Malaysia bergabung dalam Federasi Malaysia.

Referesnsi

kompas.com

Galeri Melaka Kota Tua Jakarta 

 

                                                              Perang Kastila


   Perang Kastila pada tahun 1587 Masehi merupakan suatu peperangan antara Kesultanan Melayu Brunei Darussalam di masa pemerintahan Sultan Saiful Rizal melawan Spanyol. Menurut informasi yang dikutip dari p2k.unkris.ac.id dan berbagai sumber di internet lainnya peperangan ini disebabkan karena Spanyol ingin menyebarkan agama Katolik di Brunei dan Filipina Selatan. Peperangan ini terjadi di Brunei serta Kepulauan Sulu dan Mindanao di Filipina. 

 Namun akhirnya Pasukan Sultan Brunei dan Sultan Sulu dari Filipina berhasil menghalau serangan Spanyol itu.

Referensi

p2k.unkris.ac.id dan berbagai referensi lainnya.

 

                       Raja Buisan Sultan Melayu Dari Maguindanao ( Mindanao ) Filipina

    Kesultanan Maguindanao ( Mindanao ) adalah salah satu Kesultanan Melayu yang berasal dari Filipina. Filipina merupakan suatu negara kepulauan di Asia Tenggara. Yang perlu pembaca ketahui bahwa mayoritas penduduk Filipina beragama Katolik terutama di bagian utara Filipina. Sedangkan penduduk Filipina yang tinggal di selatan Filipina adalah rumpun etnis Melayu yang beragama Islam yang disebut Bangsamoro. 

 Di Kepulauan Mindanao, Filipina, ini banyak melahirkan pahlawan nasional Melayu Filipina ynag berjuang mengusir penjajahan Spanyol di Filipina. Salah satunya adalah Raja Buisan. Dia adalah putra Sultan Maguindanao yang ketiga, Datuk Bangkaya. Selain Raja Buisan, Sultan Maguindanao lainnya yang berjuang melawan Spanyol Di Filipina adalah Sultan Muhammad Dipatuan Kudarat yang sudah ditetapkan oleh Presiden Filipina, Ferdinand Edralain Marcos, sebagai pahlawan nasional Filipina. Sultan Muhammad Dipatuan Kudarat adalah putra Raja Buisan.

 Menurut informasi yang dilansir dari wikipedia Raja Buisan adalah putra Sulatan Maguindanao, Datuk Bangkaya, dan merupakan keturunan Syarif Muhammad Kabungsuwan, seorang Arab-Melayu yang berasal dari Johor, Malaysia, penyebar agama Islam di Filipina, dan pendiri Kesultanan Maguinadanao pada tahun 1515 Masehi.

 Untuk menghadapi Spanyol, Raja Buisan menjalin aliansi dengan para penguasa Melayu lainnya di Mindanao, Filipina, dan juga dengan Kesultanan Ternate dari Maluku, Indonesia. 

Referensi 

Wikipedia

Minggu, 12 Juni 2022

                            Tarikh Patani

 Tarikh Patani adalah kitab atau buku yang menceritakan Kesultanan Melayu Patani di Thailand. Kitab ini disalin oleh Syekh Faqih Ali dalam Bahasa Jawi ( Bahasa Melayu ). Kitab Tarikh Patani yang asli ditulis dalam bahasa Arab oleh kakek Syekh Faqih Ali yang bernama Syekh Shafiuddin Raja Tok Faqih. Kitab Tarikh Patani merupakan sumber tertulis yang tertua tentang sejarah Kesultanan Melayu Patani di Thailand.

 Ulama Besar Patani dari Thailand, Syekh Daud Abdullah Al-Fathoni menyalin Kitab Tarikh Patani pada tahun 1813 yang juga disalin oleh muridnya yang bernama Syekh Muhammad bin Zainal Abidin Al-Fathoni. Kini Kitab Tarikh Patani sudah diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda.

Referensi 

Pataniconflicts.wordpress.com.



Sabtu, 11 Juni 2022

                            

                                                    Hikayat Patani

    Hikayat Patani artinya Kisah Patani, merupakan naskah Melayu klasik. Hikayat Patani menceritakan legenda dan sejarah Kesultanan Melayu Patani di Thailand, sebuah kerajaan Melayu yang berada di pesisir barat Semenanjung Malaya. 

Menurut informasi yang dikutip dari wikipedia Hikayat Patani terdiri dari enam bagian sebagai berikut :

Bagian Satu : Kisah Mengenai Dinasti Inland

Bagian Dua : Kisah Dinasti Kelantan 

Bagian Tiga : Bendahara Patani

Bagian Empat : Datuk Cerak Kin

Bagian Lima : Datuk Sai 

Bagian Enam : Hukum-Hukum Di Kesultanan Melayu Patani 

Rabu, 08 Juni 2022

                        

                                              Datuk Jannaton

Datuk Jannaton adalah seorang tokoh bangsawan Kesultanan Pagaruyung dari Sumatera Barat, saudagar, dan perantau asal Minangkabau di Pulau Penang, Semenanjung Malaya. Dia adalah pendiri awal pemukiman perantau Minangkabau di Batu Uban, Pulau Penang, pada abad ke-18. Dia mendapatkan penghargaan dari Sultan Kedah, Sultan Muhammad Jiwa, atas jasa dan bantuannya yang telah membantu Sultan Kedah menghalau serangan Thailand yang dipimpin oleh Raja Boromakot yang memerintah di Kerajaan Thailand dari tahun 1732-1758.

Datuk Jannaton meninggal dunia pada tahun 1789 dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Batu Uban, Pulau Penang, Negara Bagian Kedah, Semenanjung Malaya.

Referensi

Wikiwand.com

Senin, 06 Juni 2022

 


                                                         Kerajaan Chenla

   Kerajaan Chenla adalah sebuah kerajaan Melayu yang berada di Kamboja. Menurut informasi yang dikutip dari Wikipedia kerajaan ini didirikan pada abad ke-6 Masehi (550-802 Masehi). Nama Chenla adalah sebutan kronik ( catatan ) Cina untuk merujuk kepada penerus Kerajaan Funan dan pendahulu Kerajaan Khmer yang juga berasal dari Kamboja. Nama ini masih digunakan dalam naskah Cina pada abad ke-13 Masehi karya duta Cina Zhou Daguan, penulis adat-istiadat Kamboja. Akan tetapi, sejarawan modern menggunakan nama ini untuk merujuk periode khusus kepada sejarah Kamboja kurun waktu akhir abadke-6 hingga awal abad ke-9 Masehi.

 Diragukan apakah Chenla adalah suatu negara bersatu yang pernah berdiri, dan mungkin ini kekeliruan sejarawan Cina. Kebanyakan sejarawan modern sepakat bahwa Chenla merupakan sekumpulan konfederasi lepas, yaitu persekutuan beberapa kerajaan kecil atau unit politik kecil.

Minggu, 05 Juni 2022

 


                                                   Sejarah Hubungan Kerajaan Melayu Champa Di Kamboja dan Vietnam 

                                                   Dengan Kerajaan Sriwijaya Dan Majapahit

 Champa adalah sebuah Kerajaan Melayu yang terletak di selatan Vietnam.                                                Kerajaan yang beragama Budha ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Chenla                                     dan Funan yang berpusat di Kamboja. Kerajaan Melayu Champa didirikan pada abad ke-1 Masehi dan merupakan  salah satu Kerajaan Melayu yang tertua di Asia Tenggara. Islamisasi Kerajaan Melayu Champa dilakukan oleh para saudagar Arab sekitar abad ke-7 Masehi. 

Pada masa kejayaannya wilayah kekuasaan Kerajaan Melayu Champa meliputi seluruh Semenanjung Malaya dan Patani di Thailand. Menurut informasi yang dikutip dari nationalgeographic.com Kerajaan Melayu Champa menjalin hubungan dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kerajaan ini menjalin hubungan dengan Kerajaan Sriwijaya karena Sriwijaya merupakan pelindung Champa dari serangan bajak laut yang sering menyerang kerajaan itu. Sedangkan Kerajaan ini menjalin hubungan dengan Kerajaan Majapahit karena putri Raja Champa menikah dengan Raja Majapahit, Brawijaya V, dan Raja Champa, Simhawarman, turut berperan membantu Majapahit dalam menghadapi invasi Mongol ke Tanah Jawa pada abad ke-13 Masehi dengan melarang kapal-kapal Mongol singgah di pelabuhan-pelabuhan Champa.

Selain itu, hubungan antara Kerajaan Champa dengan Kerajaan Majapahit dapat dilihat pada candi-candi peninggalan Majapahit yang terbuat dari bata yang ada di Vietnam yaitu Candi MySon 1. Kerajaan Champa runtuh karena invasi Vietnam pada tahun 986, 988, dan 1318 yang menyebabkan banyaknya orang Melayu Champa yang mengungsi ke Malaysia, Patani di Thailand, kamboja, dan Pulau Hainan di Cina. Di antara para pengungsi terdapat nama-nama Arab bermarga Hasan dan Hussein. Di Pulau Hainan, Cina, orang Melayu Champa menikah dengan penduduk lokal yang kemudian melahirkan etnis Utsul.

Referensi :

kumparan.com

Tan Ta Sen. Cheng Ho Penyebar Islam Asal China Ke Nusantara ( 2010 )

nattionageographic.com

                                     

                                        


Rabu, 01 Juni 2022

 Sejarah Hubungan Ulama Champa dari Kamboja, Ulama Patani Dari Thailand Dengan Ulama Betawi Dari Indonesia

Pada tanggal 14 November 2019 Pusat Pengkajian Dan Pengkajian Islam Jakarta Islamic Center ( JIC ) mengadakan Diskusi Peradaban Islam Dengan Tema " Sejarah Dan Perkembangan Islam Di Patani, Thailand, dan Kontribusi Ulama Patani Di Betawi " di Gedung Jakarta Islamic Center Jakarta Utara. 

Menurut referensi yang dikutip dari republika.co.id menurut narasumber diskusi itu yaitu Prof Muhammadzakhee Cheecha, Direktur Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Fathoni ( Patani ), Thailand Selatan, titik sambung antara ulama Patani dar Thailand dengan ulama Betawi dari Indonesia ditemukan pada ulama Patani kelahiran Sumatera Selatan, Indonesia, Syekh Abdus Somad Al-Palimbani.

Syekh Abdussomad Al-Palimbani merupakan guru bagi sebagian besar ulama di Patani, Thailand, dan Jakarta, Indonesia. Syekh Abdussomad Al-Palimbani dan murid-muridnya turut berjasa menyebarkan tarekat Samaniyah di Tanah Betawi. Beliau bersama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Syekh Abdurrahman Al-Mashri meluruskan arah kiblat Masjid Al-Mansur, Sawah Lio, Jembatan Lima, di kawasan Kota Tua Jakarta pada tahun 1767. 

 Etnis Melayu Patani dari Thailand ini pun memberikan kontribusi terhadap kehidupan dan pekembangan Islam di Betawi ( Jakarta ). Seperti sejarah Kampung Melayu di Jatinegara, Jakarta Timur, yang terkait dengan Wan Abdul Agus. 

Menurut sejarawan Rahmad Ruhiyat dalam bukunya berjudul Asal-Usul Nama Tempat Di Jakarta ( 2010 ) mencatat bahwa Wan Abdul Agus adalah seorang kapitan ( pemimpin ) orang Melayu yang diangkat oleh Belanda yang ditempatkan di kawasan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Selain itu gurunya para ulama Betawi, Guru Marzuki Bin Ahmad Mirshood, adalah seorang keturunan bangsawan Kesultanan Melayu Patani dari Thailand yang menetap di Cipinang Muara, Jakarta Timur, sehingga beliau dikenal dengan nama Guru Marzuki Muara. Ayah beliau mempunyai gelar bangsawan Melayu Patani Laksamana Mayang/Melayang.

Selain itu kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama Patani juga populer di kalangan ulama Betawi seperti Kitab Sullamul Mubtadifi`i-Muhtadi karangan Syekh Daud-Al Fathoni dan Kitab Thangibul Ghafilin versi aksara Arab-Melayu karangan Syekh Abdullah Al-Mubin Al-Fathoni.

Referensi :

Republika.co.id

    

Poenale Sanctie

Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, pe...