Kesultanan Serdang Kesultanan Melayu Dari Sumatera Utara Yang Dilupakan
Wilayah Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang dihuni oleh etnis Melayu. Etnis Melayu di Sumatera Utara adalah salah satu etnis terbesar selain etnis Batak, Karo, Simalungun, Mandailing, dan Cina. Di wilayah Sumatera Utara ini terdapat beberapa Kesultanan Melayu. Salah satunya adalah Kesultanan Serdang.
Menurut informasi yang dikutip dari kumparan.com Kesultanan Serdang merupakan pecahan dari Kesultanan Melayu Deli yang juga berasal dari Sumatera Utara. Kesultanan Deli didirikan pada tahun 1632. Sedangkan Kesultanan Serdang didirikan pada tahun 1723. Berdirinya Kesultanan Serdang bermula dari konflik internal Kesultanan Melayu Deli Serdang akibat perebutan tahta dua orang putra Sultan Deli, Tuanku Panglima Paderap, yaitu Tuanku Pasutan dan Tuanku Umar Johan Alamsyah. Tuanku Pasutan mengusir adiknya yaitu Tuanku Umar Johan Alamsyahdan ibunya yaitu permaisuri Tuanku Puan ke wilayah Serdang. Tuanku Umar Johan Alamsyah adalah pendiri sekaligus Sultan Serdang yang pertama.
Tuanku Umar Johan Alamsyah menikah dengan Tuanku puan Sri Alam, putri Sultan Perbaungan yang kemudian bergabung dengan Kesultanan Serdang. Wilayah Serdang lainnya yang turut bergabung dengan Kesultanan Serdang yaitu adalah suatu negeri di Denai dan Serbajadi, yang dibangun oleh Tuanku Tawar Gelar Kejuruan santun, salah satu keturunan Sultan Deli.
Kesultanan Serdang mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sulatan Thaf Sinar bashar Shah ( memerintah tahun 1822-1851 ).
Pada tahun 1862 Belanda menaklukkan Kesultanan Melayu Serdang. Pada tanggal 16 Agustus 1862 Belanda dan Sultan Serdang menandatangani acte van erkenning yang menyatakan Kesultanan Melayu Serdang merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Belanda. Di sisi lain, pada waktu itu Kesultanan Serdang masih bermusuhan dengan saudara sepupunya, Kesultanan Deli.
Puncak perselihan antara Sultan Serdang dan Sultan Deli terjadi pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah di Kesultanan Serdang ( 1879-1946 ). Konflik itu baru mereda setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.