Perlawanan Bangsamoro Terhadap Amerika Serikat Di Filipina Bagian 1

  Bangsamoro adalah salah satu etnis rumpun Melayu di Filipina. Bangsamoro mempunyai 13 subetnik di Filipina. Bangsamorio disebut pula dengan orang Tausug. Mereka adalah Muslim dan menggunakan bahasa Melayu dialek Sulu yang disebut Bahasa Tausug. Bahasa Tausug ini mempunyai banyak kesamaan dengan Bahasa Melayu Standar di Malaysia, Brunei, Singapura, dan juga Bahasa Indonesia. Bangsamoro menghuni Kepulauan Sulu dan Mindanao di Filina Selatan dan kemudian juga berdiaspora ke Malaysia dan juga Indonesia yang masih serumpun Melayu. 

 Penjajah Spanyol yang datang ke Filipina mengidentikkan Bangsamoro dengan lanun ( perompak ) sebab kata Moro berasal dari Bahasa Spanyol " Moors " yang artinya perompak. sebagai perompak, orang jahat, dan buta huruf. Mereka menawan para tawanannya untuk kemudian dijual sebagai budak. Bangsamoro dikenal gigih dalam berperang melawan Spanyol pada abad ke-16 hingga abad ke-19. Tetapi pada tahun 1898 Spanyol berperang melawan Amerika Serikat dalam Perang Kuba yang berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat.

 Spanyol kemudian mengadakan perjanjian damai dengan Amerika Serikat pada tanggal 10 Desember 1898. Isi perjanjian itu Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika Serikat. Melalui perjanjian itu Spanyol menjual Filipina Utara dan Filipina Selatan seharga 20 juta dollar Amerika Serikat. Wilayah Filipina Selatan yang mayoritas Muslim merupakan satu-satunya wilayah Filipina yang gagal ditaklukkan oleh Spanyol. Daerah ini tetap berada di bawah kekuasaan Sultan Sulu dan Mindanao.

 Pada 20 Agustus 1898 Sultan Sulu dan Amerika Serikat menandatangani Traktat Bates. Isi perjanjian itu menyatakan Amerika Serikat bertekad memberikan kebebasan beragama, menyampaikan aspirasi, serta meningkatkan pendidikan di tengah masyarakat Muslim Filipina yang disebut Bangsamoro. Akan tetapi Traktat Bates hanya merupakan alat bagi Amerika Serikat untuk merebut simpati umat Muslim Filipina. Hal itu supaya umat Muslim dan Sultan-Sultan Melayu di Filipina tidak melakukan pemberontakan seperti yang mereka lakukan terhadap Spanyol.

 Antara tahun 1914-1920 Amerika Serikat menekan umat Muslim dan Sultan-Sultan Melayu di Filipina Selatan dengan menerapkan beberapa kebijaksanaan seperti Land Registration Act ( Undang-Undang Registrasi Tanah ) pada 1902. Kebijakan itu mewajibkan umat Muslim Filipina Selatan meregistrasi tanah milik mereka kepada pemerintah kolonial Amerika Serika Serikat dalam bentuk tertulis dan harus ditandatangani. 

 April 1903 Muncul Phillipine Commision Act No. 718. Oktober 1903 berlaku Land Act No. 296. Kebijakan itu menyatakan semua tanah milikmpribadi yang tidak didaftarkan sesuai denagn Land Registration Act maka status tanah itu menjadi milik Amerika Serikat ( Baca pula Republika co.id )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam

Bahasa Melayu di Singapura