Sabtu, 09 November 2024

Poenale Sanctie

Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, perkenankan saya bertanya kepada anda Tahukah anda apakah Poenale Sanctie itu ? Poenale Sanctie adalah suatu sistem kontrak kerja yang diterapakan oleh Pemerintah kolonial Belanda di dua koloni Belanda yaitu Suriname dan Hindia Belanda ( Indonesia ) yang menjatuhkan hukuman berat kepada buruh-buruh perkebunan milik Belanda yang melanggar berupa denda, cambuk, pukulan, dan kurungan badan. Poenale Sanctie ini dibuat oleh seorang pakar hukum berkebangsaan Belanda bernama C. Th. Cremer pada tahun 1880. Poenale Sanctie merupakan bagian dari Koelie Ordonanntie yang juga dibuat oleh C. Th. Cremer pada tahun 1880. Sistem ini memberikan kekuasaan kepada pemilik perkebunan untuk menghukum para buruh mereka dengan cara apapun yang dianggapnya tepat, termasuk polisi dan hukum. Tetapi akhirnya Pemerintah kolonial Belanda menghapuskan Koelie Ordonanntie dan Poelie Ordonanntie setelah pahlawan nasional asal Betawi ( Jakarta ), Mohammad Husni Thamrin, mengecam keras Poenale Sanctie dan Koelie Ordonnantie dalam sidang-sidang Volksraad setelah melihat langsung kondisi buruh-buruh perkebunan tembakau milik Belanda di Deli, Sumatera Utara. Kecaman keras M H Thamrin itu menyebabkan Amerika Serikat memboikot produk-produk perkebunan yang berasal dari Hindia Belanda. Referensi : Museum Mohammad Husni Thamrin Di Jakarta Wikipedia Kumparan.com.

Politik Etis

Tahukah anda pembaca apakah Politik Etis itu ? Politik Etis adalah suatu kebijaksanaan yang diterapkan oleh Pemerintah kolonial Belanda yang diterapkan di Indonesia. Politik Etis ini sering disebut sebagai politik balas budi bangsa Belanda kepada Bangsa Indonesia. Hal itu diterapkan karena siste, tanam paksa. Kebijakan poltik etis mulai diterapkan pada tahun 1901 atas gagasan seorang pakar hukum asal Belanda, C. Th. Van Deventer dalam artikelnya yang dimuat di majalah De Gids. Poltik Etis mengahruskan Pemerintah Belanda memajukan kesejahteraan masyarakat pribumi Indone4sia dengan 3 cara antara lain : 1. Irigasi 2. Pendidikan 3. Transmigrasi. Irigasi dibangun untuk mengairi perkebunan-perkebunan milik Belanda yang ada di Indonesia dan bukan untuk mengairi sawah-sawah milik penduduk pribumi. Pendidikan dimulai dengan pengadaan sekolah untuk rakyat tetapi hanya untuk pria. Sedangkan wanita hanya boleh belajar di rumah saja. Sedangkan emigrasi ( transmigrasi ) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Belanda akan buruh-buruh di perkebunan milik mereka. Referensi : Gramedia.com Museum Kebangkitan Nasional Jakarta Arsip Nasional Republik Indonesia

Sabtu, 02 November 2024

Jugun Ianfu

Jugun Ianfu Jugun Ianfu memiliki arti " wanita penghibur para tentara. Tetapi sebenarnya sebutan wanita penghibur dalam beberapa dokumen tentara Jepang disebut Teishintai yang artinya barisan sukarela penyumbang tubuh. Sebagian besar para jugun ianfu bukan wanita yang secara sukarela prajurit-prajurit Jepang. Orang-orang Jepang pertama kali mempraktikkan jugun ianfu saat menginvasi Korea sejak akhir abad ke-19 hingga 1945. Saat itu prajurit-prajurit Jepang membutuhkan nafsu pelampiasan seksual, sehingga orang Korea saat itu tidak berdaya menolak permintaan orang-orang Jepang. Kemudian Jepang juga mempraktikkan jugun ianfu di Indonesia dan wilayah-wilayah Asia lainnya yang diduduki oleh Jepang selama Perang Dunia II. Banyak para prajurit Jepang itu menyimpan wanita-wanita simpanan daripada mengunjungi rumah bordil, sehingga mereka menebus baik perempuan Belanda totok maupun Indo-Belanda ( sebagian besar Indo-Belanda ) yang ditawan di kamp-kamp tawanan perang untuk mendapatkan rekrutan baru. Banyak di antra mereka yang hamil di luar nikah hasil hubungan dengan prajurit Jepang. Orang Belanda menyebut anak-anak itu dengan sebutan kinderen van vijand ( anak-anak musuh ), sementara para wanita Belanda totok dan Indo-Belanda yang menjadi wanita penghibur disebut troostmeisjes. Selain orang-orang Belanda totok dan Indo-Belanda, Jepang juga merekrut wanita pribumi Indonesia dari berbagai daerah untuk dijadikan wanita penghibur. Sejak tahun 1942-1945 sekitar 10.000 wanita pribumi Indonesia menjadi jugun ianfu. Proses perekrutan jugun ianfu melibatkan perangkat pemerintahan Indonesia bentukan Jepang, mulai dari kepala desa sampai tonarigumi dengan dalih program pengerahan tenaga kerja. Mereka melakukannya dengan cara paksaan seperti tipu muslihat akan mengirim mereka belajar ke Singapura dan Jepang, mengancam, dan juga mempengaruhi calon keluarga jugun ianfu. Target jugun ianfu adalah wanita lajang. Perempuan-perempuan Indonesia yang dipilih saat itu berusia antara 14-15 tahun. Banyak penduduk yang tidak berani menolak. Jugun Ianfu adalah salah satu bentuk kejahatan perang Jepang di Indonesia selama Perang Dunia Kedua. Referensi : Ensiklopedi Sejarah Indonesia.com Pramoedya Ananto Toer. Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer. Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia ( KPG ) Jakarta.

Poenale Sanctie

Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, pe...