Senin, 25 Juli 2022
Orang Lanun ( Ilanun atau Iranun )
Orang Lanun ( Ilanun atau Iranun ) Dari Filipina
Orang Lanun ( Iranun atau Ilanun ) adalah etnis rumpun Melayu yang berasal dari Filipina. Mereka adalah salah satu dari 13 sub-etnik Bangsamoro yang tinggal di Filipina Selatan. Suku Iranun beragama Islam dan dikenal sebagai bajak laut yang ditakuti diperairan Asia Tenggara pada abad ke-18 dan 19. Aktivitas mereka sebagai bajak laut yang terkenal yaitu menyerang dan menawan warga Sarawak dari Malaysia untuk dijadikan budak di Kepulauan Sulu, Filipina. Orang Lanun tinggal di tempat yang sama dengan sama dengan suku Maranao yaitu di Danau Lanao di tengah Pulau Mindanao, Filipina.
Etimologi
Menurut informasi yang dikutip dari wikipedia.org kata Lanun berasal dari bahasa Maguindanao ( Mindanao, bahasa rumpun Melayu di Filipina Selatan ), I-lanoen, yang artinya " orang danau ", yaitu Danau Lanao yang terletak di tengah Kepulauan Mindanao, Filipina. Dalam Bahasa Melayu Standar dan Bahasa Indonesia kata lanun menjadi sinonim dengan bajak laut atau perompak. Referensi Wikipedia
Minggu, 24 Juli 2022
Para Ratu Kesultanan Patani Dari Thailand Memimpin Kejayaan Kesultanan Patani
Ratu Hijau adalah salah satu dari empat ratu yang pernah memerintah di Kesultanan Patani di Thailand. Ratu Hijau memerintah di Kesultanan Melayu Patani pada 1584. Dia adalah putri Sultan Patani, Sultan Mansur Shah. Ratu Hijau mempunyai dua orang adik perempuan yang juga menjadi ratu Kesultanan Patani, Ratu Ungu dan Ratu Biru. Pemerintahan empat ratu di Kesultanan Patani bermula dari perebutan tahta di Kesultanan Patani dan pembunuhan para pewaris laki-laki di Kesultanan Patani setelah Sultan Mansur Shah wafat.
Menurut informasi yang dikutip dari republika.com Sultan Patani, Mansur Shah, adalah peletak dasar Kesultanan Islam di utara Semenanjung Malaya. Dia adalah penyebar agama Islam ke negeri-negeri Melayu yang ada di sekitar Patani dengan cara pernikahan.
Pada masa pemerintahan Ratu Hijau, Kesultanan Patani sangat maju di bidang ekonomi terutama perdagangan dan membuka hubungan dagang dengan Belanda, Portugis, dan Inggris. Masa kejayaan Kesultanan Patani berlangsung hingga pemerintahan Ratu Biru dan Ratu Ungu.
Sistem pengadilan dan pemerintahan di masa pemerintahan empat ratu Kesultanan Patani mengacu kepada sistem pemerintahan dan pengadilan di Kesultanan Melaka di Malaysia dan Samudera Pasai di Aceh, Indonesia.
Ratu Hijau memerintah di Kesultanan Patani selama 31 tahun. Dia wafat pada tahun 1616. Kemudian digantikan oleh Ratu Ungu dan Ratu Biru yang memerintah di Kesultanan Patani selama 12 tahun. ada masa pemerintahan ketiga ratu itu, Kesultanan Patani berhasil menumpas pemberontakan di Patani yang berhasil ditumpas. Kesultanan Patani mulai mengalami kemunduran ketika diperintah oleh putri Ratu Ungu yaitu Ratu Kuning.
Sejarah Pendirian Kesultanan Selangor Di Malaysia
Selangor adalah salah satu dari 13 negara bagian di Malaysia ( Semenanjung Malaya ). Letaknya dekat dengan Kuala Lumpur dan Putra Jaya. Berbatasan langsung dengan Negara Bagian Perak di bagian utara dan di bagian barat dengan Negara Bagian Melaka.
Menurut informasi yang dikutip dari sumbersejarah1.blogspot.com nama Selangor berasal dari kata " selangau " yang artinya lalat besar yang terdapat di dekat Sungai Selangor. Sedangkan menurut pendapat lain nama Selangor diambil dari nama Sungai Selangor yang mengalir di negara bagian itu.
Sejarah Negara Bagian Selangor
Pada abad ke-15 Masehi Selangor merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Melaka. Namun setelah Melaka jatuh ke tangan Portugis, Selangor menjadi rebutan bangsa Portugis. Kerajaan-kerajaan yang pernah berusaha menaklukkan Selangor adalah Johor, Thailand, dan Aceh. Pada perkembangan selanjutnya, Selangor sangat maju di bidang ekonomi unggulan yaitu karet dan tambang biji timah. Aktivitas ekonomi ini sangat menarik perhatian para pedagang Cina, sehingga perdagangan dan ekonomi Selangor berkembang sangat pesat.
Namun sayangnya, orang-orang Cina membentuk kongsi dagang gelap bekerasama dengan bangsawan Selangor untuk memonopoli kekayaan yang ada. Situasi semakin rumit ketika Inggris mulai menjajah Semenanjung Malaya. Pada saat itu Selangor tetap makmur dan berjaya tetapi berada di bawah kendali Inggris setelah Inggris memaksa Sultan Selangor untuk menerima JG Davidson sebagai residen Inggris di Klang, Selangor.
Kesultanan Selangor didirikan oleh Raja Lumu yang merupakan seorang Bugis dari Sulawesi Selatan, Indonesia, pada tahun 1745. Bangsawan keturunan Bugis ini turut terlibat perebutan tahta Kesultanan Johor-Riau pada awal abad ke-18 yang mendukung Sultan Abdul Jalil dari Dinasti Bendahara sebagai Sultan Johor-Riau terhadap penuntut yang mengaku pewaris Kesultanan Melaka, Raja Kecil ( kemudian menjadi pendiri Kesultanan Siak Sri Inderapura di Riau, Indonesia ). Raja Lumu adalah putra Daeng Celak. Raja Lumu tiba di Selangor dan mendirikan Kesultanan Selangor pada 1766 . Dia dinobatkan oleh Sultan Perak sebagai Sultan Salhuddin Syah dan menjadi Sultan Selangor yang pertama.
Referensi :
Wikipedia
Minggu, 17 Juli 2022
Sejarah Pendirian Kesultanan Pagaruyung Dan Keruntuhannya
Kesultanan Pagaruyung adalah suatu Kesultanan Melayu yang pernah berdiri di Minangkabau. Menurut inforamasi yang dikutip dari wikipedia Kerajaan Melayu ini didirikan oleh Adityawarman pada tahun 1347 dan masih menganut agama Hindu-Budha.
Nama lain Kerajaan ini adalah Malayupura, suatu Kerajaan Melayu yang didirikan oleh Adityawarman di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, dan nantinya dipindahkan ke Pagaruyung. Menurut beberapa catatan sejarah Adityawarman adalah seorang pangeran keturunan Raja Majapahit.
Kerajaan Dharmasraya dan beberapa daerah taklukkan Adityawarman lainnya termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Malayupura. Adityawarman semula dikirim oleh Raja Majapahit untuk menaklukkan sejumlah wilayah penting di Sumatera sekaligus berkedudukan sebagai uparaja ( Raja bawahan Raja Majapahit ).
Nama Kerajaan Malayupura yang didirikan oleh Adityawarman tercatat dalam Prasasti Amoghapasa dan prasasti Padang Roco. Pada 1347, Adityawarman memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Dharmasraya ke Pagaruyung. Dari sini Kesultanan Pagaruyung bermula.
Lokasi Kesultanan Pagaruyung berada di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Di daerah ini banyak ditemukan prasasti yang ditulis dalam Bahasa Melayu Kuno yang dibuat antara bad ke-13 hingga ke-14 Masehi, terutama yang dibuat pada era pemerintahan Adityawarman.
Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi penganut agama Islam pada pertengahan abad ke-15 Masehi. Penyebab keruntuhan Kesultanan Pagaruyung adalah semakin kuatnya pengaruh Belanda di Minangkabau pada awal abad ke-19 Masehi. Sultan Pagaruyung yang terakhir, Sultan Tangakar Bagagar Alam Syah, ditangkap dan diasingkan oleh Belanda ke Batavia pada tahun 1820an dengan tuduhan berkhianat karena Sultan Pagaruyung itu berambisi menjadi Bupati Tanah Datar dan mendukung kaum Padri berperang melawan Belanda.
Kesultanan Gunung Sahilan Kesultanan Melayu Dari Riau Yang Telah Hilang
Kesultanan Gunung Sahilan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang pernah berdiri di Riau. Menurut informasi Kesultanan ini didirikan pada tahun 1700-1946. Kesultanan ini terletak di Kabupaten Kampar, Riau.
Berdirinya Kesultanan Gunung Sahilan ini tak lepas dari Kesultanan Pagarauyung dari Minangkabau yang didirikakn oleh Adityawarman, seorang penerus Dinasti Mauli penguasa Kerajaan Melayu. Kesultanan ini didirikan sekitar abad ke-16-17 Masehi. Sultan yang memerintah di Kesultanan Gunung Sahilan adalah keturunan Sultan Pagaruyung. Kesultanan Gunung Sahilan berdiri sendiri setelah runtuhnya Kesultanan Pagaruyung pada awal abad ke-19 akibat Perang Padri melawan Belanda.
Senin, 11 Juli 2022
Kesultanan Melayu Riau Lingga
Kesultanan Riau Lingga adalah suatu Kesultanan Melayu yang pernah berdiri di Riau pada tahun 1828 hingga 1911. Kesultanan Riau Lingga mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah dari tahun 1857 hingga 1883. Wilayah kekuasaannya meliputi Kepulauan Riau dan tidak termasuk Provinsi Riau yang didominasi oleh Kesultanan Siak Sri Inderapura yang sebelumnya memisahkan diri dari Kesultanan Johor-Riau.
Kesultanan Riau Lingga memiliki peran penting dalam perkembangan Bahasa Melayu. Pada masa Kesultanan Riau Lingga bahasa Melayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan bahasa-bahasa besar lainnya di dunia, yang kaya dengan sastra dan memiliki kamus eka bahasa. Tokoh besar di belakang perkembangan bahasa Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang pujangga, dan sejarawan keurunan Melayu- Bugis. Sebelumnya Kesultanan Riau Lingga merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Johor-Riau yang berpusat di Semenanjung Malaya atau dikenal dengan nama Kerajaan Johor-Pahang-Lingga-Riau yang berdiri sekitar tahun 1528-1824 yang merupakan penerus Kesultanan Malaka.
Terbentuknya Kesultanan Riau Lingga disebabkan perebutan tahta antara dua pewaris tahta Sultan Johor-Riau dan juga pengaruh Belanda-Inggris. Pada tahun 1824 Belanda dan Inggris menyetujui Perjanjian Traktat London , yang isinya bahwa Sumatera dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya merupakan wilayah kekuasaan Belanda dan Semenanjung Malaya dan Singapura merupakan wilayah kekuasaan Inggris.
Hal ini memperparah situasi Kesultanan Johor-Riau dan akhirnya Kesultanan Johor-Riau terbagi menjadi dua Kesultanan, Sultan Riau-Lingga, Abdul Rahaman Muazzam Syah yang didukung oleh Belanda dengan kakaknya, Sultan Hussain Syah, putra tertua Sultan Johor-Riau, Mahmud Syah III, yang didukung oleh Inggris.
Pada masa kejayaannya wilayah kekuasaan Kesultanan Johor-Riau meliputi Singapura, seluruh Semenanjung Malaya, Jambi dan Riau.
Pada 18 Mei 1905 Belanda dan Kesultanan Riau Lingga menandatangani perjanjian yang isinya antara lain Belanda membatasi wilayah kekuasaan Kesultanan Riau lingga dan mewajibkan bendera Belanda dipasangkan lebih tinggi daripada bendera Kesultanan Riau-Lingga. Perjanjian ini dibuat karena Sultan Riau-Lingga, Abdur Rahman Muazzam Syah II, menentang kekuasaan kekuasaan Belanda.
Referensi
kebudayaan.kemendikbud.go.id
Minggu, 10 Juli 2022
Sejarah Kesultanan Melayu Pelalawan dari Riau
Kesultanan Pelalawan merupakan suatu Kesultanan Melayu yang berpusat di Kabupaten Pelalawan, Riau. dan turut serta berpengaruh dalam mewarisi budaya Melayu dan Islam di Riau. Sedangkan gelar Sultan yang memerintah di Kesultanan Pelalawan adalah Teungku Besar ( Lihat Pula di Wikipedia.org )
Menurut informasi yang dikutip dari wikipedia.org dan sttbandung.ac.id Kesultanan Pelalawan didirikan pada tahun 1380. Kesultanan Pelalawan masih mempunyai hubungan keluarga dengan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang juga berasal dari Riau. Sampai awal abad ke-19 Kesultanan Pelalawan menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Siak Sri Inderapura. Pada tahun 1811 Belanda dan Sultan Siak Sri Inderapura mengakui Kesultanan Pelalawan.
Sultan Pelalawan yang terakhir, Sharif Harun Abdurrahman naik tahta di bawah perwalian pada tahun 1930. Pada tahun 1946 Sultan Pelalawan menyerahkan kekuasaan kepada Republik Indonesia yang baru saja berdiri.
Sejarah Kesultanan Indragiri Kerajaan Melayu Dari Riau
Provinsi Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang banyak dihuni oleh etnis Melayu. Di Tanah Riau ini pernah pula berdiri beberapa Kerajaan Melayu. Kesultanan Melayu yang tertua di Riau adalah Kesultanan Indragiri.
Menurut informasi yang dikutip dari riau1.com dan wikipedia.org Kesultanan Indragiri didirikan oleh Raja Merlang I yang berkedudukan di Malaka, Malaysia, pada tahun 1298. Namun demikian, urusan pemerintahan diserahkan kepada para pembesar tradisional. Baru pada masa pemerintahan Raja Narasinga sekitar tahun 1473 para Sultan Indragiri mulai menetap di pusat pemerintahannya di Kota Tua.
Lalu, pada tahun 1815, pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim, pusat pemerintahan Kesultanan Indragiri dipindahkan ke Rengat, yang kini menjadi ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim inilah Belanda mulai mencampuri urusan internal Kesultanan Indragiri termasuk dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap.
Pada tanggal 27 September 1938 Belanda dan Sultan Indragiri menandatangani perjanjian perdamaian . Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur ( bahasa Belanda : swapraja ) di bawah lindungan Belanda, yang dipimpin oleh seorang kontrolir Belanda yang memegang wewenang mutlak terhadap kekuasaan lokal. Beberapa peninggalan Kesultanan Indragiri masih dapat dilihat hingga kini adalah Masjid Raja di Peranap.
Rabu, 06 Juli 2022
Sejarah Kesultanan Siak Sri Inderapura
Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kesultanan Melayu Islam yang berasal dari Kabupaten, Siak, Riau. Kesultanan ini didirikan di Buantan oleh Raja Keuchik ( Raja Kecil ) dari Pagaruyung, Sumatera Barat, bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya perebutan tahta di Kesultanan Johor di Semenanjung Malaya.
Dalam perkembangnnya, Kesultanan Siak Sri Inderapura menjadi kerajaan maritim yang kuat dan menjadi kekuatan maritim yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan dua penjajah Eropa yaitu Belanda dan Inggris. Wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Inderapura di mulai dari Deli di Sumatera Utara hingga terjauh sampai ke Sambas di Kalimantan Barat. Pasang surut kesultanan ini tak luput dari jalur perdagangan di Selat Malaka.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak Sri Inderapura yang terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia.
Menurut informasi yang dikutip dari wikipedia Raja Kecil adalah saksi perdamaian antara Sultan Jambi dan Sultan Johor. Pada tahun 1718 Sultan Abdul Jalil berhasil menguasai Kesultanan Johor sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Yang Dipertuan Besar Johor. Namun pada tahun 1722 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raja Sulaiman, putra bendahara Johor. Dengan bantuan orang Bugis dari Sulawesi Selatan, Raja Sulaiman berhasil mengkudeta Sultan Johor dan mengukukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor di Semenanjung Malaya.
Komunitas Orang Laut yang tinggal di Kepulauan Riau mengakui Raja Keuchik sebagai pewaris tahta Sultan Johor yang sah. Dengan mengklaim dirinya sebagai pewaris Kesultanan Melaka, Raja Keuchik memperluas wilayah kekuasannya dengan memasukkan wilayah Kabupaten Rokan di Riau ke wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Inderapura.
Daftar Sultan Siak
Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah ( Raja Keuchik ) ( 1723-1746 )
Sultan Muhammad Abdul Jalil Jalaluddin Syah ( 1746-1760 )
Sultan Ismail Abdul Jalil Alamuddin Shah ( 1760- 1761 )
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah ( 1765-1769 )
Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah ( 1779-1781 )
Sultan Abdul Jalil Muzaffar Shah ( 1781-191 )
Sultan As Syarif Al Sharif Ali Abdul Jalil Syaifuddin ( 1791-1811 )
Sultan As Sayid Al-Sharif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin ( 1811-1827 )
Sultan As Sayyiid Al-Sharif Ismail Abdul Jalil Syaifuddin ( 1827-1864 )
Sultan As Sayyid Al-Sharif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin I ( 1864-1889 )
Sultan As Sayid Al-Sharif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin II ( 1889-1908 )
Sultan As Sayyid Al-Sharif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin III ( 1915-1945 )
Kesultanan Siak Sri Inderapura mengalami masa kejayaan dan kemajuan di bidang ekonomi saat diperintah oleh Sultan As Sayyid Al-Sharif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin III.
Menurut informasi yang dikutip dari kompas.com penyebab keruntuhan Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah adalah pengaruh Belanda dan Inggris yang semakin kuat di Riau.
Pada tahun 1840 Inggris memaksa Sultan Siak Sri Inderapura menandatangani perjanjian yang menyebabkan wilayah kekuasaan Sultan Siak Sri Inderapura menjadi semakin sempit.
Pada tahun 1858 Belanda menandatangani perjanjian dengan Kesultanan Siak Sri Inderpura yang mengakhiri pengaruh hegemoni Sultan Siak Sri Inderapura atas wilayah-wilayah yang dikuasainya.
Minggu, 03 Juli 2022
Kesultanan Deli Kesultanan Melayu dari Sumatera Utara
Kesultanan Deli adalah salah satu Kesultanan Melayu yang berasal dari Sumatera Utara. Pusat pemerintahan Kesultanan Melayu Deli ada dua yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Menurut informasi yang dikutip dari kompas.com dan wikipedia.org Kesultanan Melayu Deli Serdang yang berada di pesisir timur Sumatera Utara ini didirikan oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan pada tahun 1632. Dahulu Kesultanan Deli merupakan vasal ( Kesultanan Melayu taklukkan ) Kesultanan Aceh Darussalam dan kemudian Kesultanan Melayu Siak Sri Indrapura dari Riau.
Barulah pada abad ke-19, Belanda yang menjajah Kesultanan Deli " membebaskan " Kesultanan Deli dari kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam dan Kesultanan Siak Sri Indrapura dari Riau. Selain sebagai wilayah kekuasaan Kesultanan Acveh Darussalam dan Kesultanan Melayu Siak Sri Indrapura, Kesultanan Deli juga pernah menjadi wilayah kekuasaan Belanda pada tahun 1858. Kemudian Belanda mengadakan perjanjian perdagangan tembakau dengan Sultan Deli yang dikenal dengan nama Tembakau Deli pada tahun 1863.
Menurut informasi yang yang dikutip dari kompas.com dan wikipedia.org sejarah berdirinya Kesultanan Melayu Deli Serdang tak lepas dari perluasan wilayahy yang dilakukan oleh Kesultanan Aceh Darussalam di wilayah Sumatera Utara.
Pada tahun 1632 Sultan Aceh Darussalam mengangkat Tuanku Panglima Gocah Pahlawan sebagai wakil Kesultanan Aceh Darussalam di wilayah Kerajaan Aru di Sumatera Utara. Pada waktu itu, ada empat Raja Batak Karo yang sudah menganut agama Islam.
Pada waktu itu keempat Raja Batak Karo yang Muslim itu sepakat untuk menobatkan Tuanku Panglima Gocah Pahlawan sebagai Sultan Deli yang pertama. Peristiwa itu menandai awal berdirinya Kesultanan Melayu Deli dengan Tuanku Panglima Gocah pahlawan sebagai Sultan Deli yang pertama.
Daftar Sultan Deli
Tuanku Panglima Gocah Pahlawan ( 1632-1669 )
Tuanku Panglima Perunggit ( 1669-1698 )
Tuanku Panglima Paderap ( 1698-1723 )
Tuanku Panglima Pasutan ( 1723-1761 )
Tuanku Panglima Gandar Wahid ( 1761-1805 )
Sultan Amaluddin Mangendar ( 1805-1850 )
Sultan Osman Perkasa Alam Syah ( 1850-1858 )
Sultan Mahmud Al Rashid Perkasa Alamsyah ( 1858-1873 )
Sultan Mahmud Al Rashid Perkasa Alam Syah ( 1873-1924 )
Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alam Syah ( 1924-1945 )
Sultan Osman Al Sani Perkasa Alam Syah ( 1945-1967 )
Sultan Azmy Perkasa Alam Alhaj ( 1967-1998 )
Sultan Otteman Mahmud Perkasa Alam ( 1998-2005 )
Sultan Mahmud Al-Manjiji Perkasa Alam ( 2005-sekarang )
Dalam perkembangan berikutnya Kesultanan Deli terbagi menjadi Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang akibat perebutan tahta di internal Kesultanan Deli antara dua putra Sultan Deli, Tuanku Panglima Paderap, yaitu Tuanku Panglima Pasutan dan Tuanku Umar Johan Alam Syah. Tuanku Umar Johan Alam Syah mendirikan Kesultanan Serdang pada tahun 1723.
Pada masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia Kedua, Jepang hampir-hampir tidak melakukan perubahan apapun terhadap Kesultanan Deli. Pada saat itu Jepang menempatkan Kesultanan Deli dibawah syu ( Residen yang dikepalai oleh seorang Jepang dan seorang Indonesia asisten residen ). Jepang masih mengakui eksistensi Kesultanan-Kesultanan Melayu yang ada di Sumatera Utara.
Balatentara Jepang membagi Sumatera Timur ( kini menjadi bagian dari Sumatera Utara ) yang dihuni oleh etnis Melayu menjadi 5 konsentrasi militer yaitu Binjai, Sunagai Karang ( Galang ), Dolok Merangir, Kisaran, dan Perkebunan Wingfoot.
Pada tahun 1946 terjadi Revolusi Anti Kesultanan Melayu di Sumatera Utara yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia ( PKI ). Pada saat itu PKI menganggap para Kesultanan Melayu di Sumatera Utara itu merupakan bentuk feodalisme dan antek Belanda. Para Sultan Melayu itu dianggap sebagai antek Belanda karena menandatangani sejumlah perjanjian tentang perdagangan karet, tembakau, dan minyak bumi yang membuat Kesultanan Melayu di Sumatera Utara itu menjadi kaya raya.
Revolusi sosial yang dilakukan oleh PKI saat itu bermula dari Kesultanan Asahan kemudian berlanjut ke Kesultanan Deli. Namun Sultan Deli dan keluarganya pada waktu itu selamat karena istana Sultan Deli dijaga ketat oleh TNI ( Tentara Nasional Indonesia ) dan adanya pertahanan tentara Belanda dan Inggris di Medan.
Referensi lainnya :
Buku Paradoks amir Hamzah Penerbit buku Tempo dan KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia ) Jakarta 2017.
Poenale Sanctie
Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, pe...
-
SEJARAH KESULTANAN PALEMBANG Menurut info yang dikutip dari www.kompas.com dan wikipedia Kesultanan Palembang adalah se...
-
Bahasa Melayu Dialek Champa juga dikenal dengan nama Bahasa Cham. Menurut informasi yang dikutip dari laman wikiwand.com dan riset linguis...
-
Menurut laman wikipedia berdasarkan Konstitusi Singapura, Singapura mempunyai empat bahasa resmi yait...