Perang Musuh Bisik ( 1821-1838 )
Perang Musuh Bisik adalah suatu serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Thailand terhadap Kesultanan Kedah dari Malaysia yang terjadi di
utara Semenanjung Malaya pada abad ke-19. Perang ini disebabkan karena Kerajaan Thailand ingin menjajah bagin utara Semenanjung Malaya
dengan bantuan Inggris, penjajah Eropa yang saat itu menjajah Semenanjung Malaya dan Raja Ligor ( kini Provinsi Nakhon Sri Tammarat di Thailand ). Selain itu, penyebab perang ini adalah Raja-raja Thailand dianggap sebabagi keturunan raja-raja Kedah Tua.
Pada masa itu Kesultanan Kedah diperintah oleh Sultan Ahmad Tadjuddin.
Dalam perang tersebut laskar Melayu Kedah dipimpin oleh panglima perang Kesultanan Kedah Tunku Kudin dan dibantu oleh 10.000 laskar Aceh, Deli, Serdang, dan Bedagai dari Sumatera Utara dan Siak Sri Inderapura dari Riau, Indonesia, serta laskar Melayu
dari Pahang, Terengganu, dan Kelantan dari Semenanjung Malaya.
Dalam perang itu, Tunku Kudin memimpin 3.000 laskar Melayu dari Seberang Perai dan berhasil merebut Kuala Kedah di Negara Bagian Kedah,
Malaysia, dari pasukan Thailand. Dari awal Tunku Kudin sudah mengetahui keterlibatan orang-orang Cina membantu Kerajaan Thailand. Orang- orang Cina dijahit hidup-hidup dalam kulit kerbau mati dan dibiarkan di tengah-tengah panas hingga mati. Inggris membantu Thailand dalam
Perang Musuh Bisik karena terikat Perjanjian dengan Thailand tahun 1826. Inggris melarang Sultan Kedah dan pengikutnya menyerang
Thailand. Saat itu Kedah sudah menjadi wilayah kekuasaan Thailand dan Inggris memilih membantu Thailand atas dasar menghormati Perjanjian
Inggris-Thailand tahun 1826. Orang-orang Inggris saat itu mengumumkan orang-orang Melayu Kedah sebagai perompak dan lanun.
Orang-orang Inggris menyerang dari laut sehingga orang-orang Melayu Kedah terdesak hingga ke Kuala Kedah. Sementara itu orang-orang Thailand menyerang orang-orang Melayu Kedah melalui darat. Secara ringkasnya akhirnya Inggris dan Thailand memenangkan Perang Musuh Bisik pada tahun 1838 setelah pasukan Thailand berhasil merebut Kuala Kedah.
Referensi
Wikipedia
thepatriots.asia.com
Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam
Bahasa Melayu Dialek Champa juga dikenal dengan nama Bahasa Cham. Menurut informasi yang dikutip dari laman wikiwand.com dan riset linguistik ( ahli bahasa ) bahasa ini sebelumnya adalah bahasa Kerajaan Champa di Vietnam Tengah yang kemudian juga digunakan oleh etnis Melayu Champa yang tinggal di Kamboja. Bahasa Melayu Champa adalah bahasa ehri-i yang digunakan oleh etnis Melayu Champa. Sedangkan mereka berbicara Bahasa Melayu Standar hanya saat berbicara orang Melayu yang bukan penutur Bahasa Melayu Champa. Bahasa Melayu dialek Champa termasuk dalam rumpun Bahasa Polinesia dalam keluaraga Bahasa Melayu Austronesia. Bahasa Melayu Champa dituturkan oleh 220.000 orang di Kamboja dan 100.000 orang di Vietnam. Bahasa Melayu dialek Champa serumpun dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Malaysia, Madagaskar, Bahasa Melayu Standar di Filipina Selatan dan Patani di Thailand. Bahasa lainnya yang masih serumpun dengan Bahasa Melayu dialek Champa adalah Bahasa Melayu-Sumbawa di Nusa Tenggara Barat, Ba
Komentar
Posting Komentar