Minggu, 07 Agustus 2022

Sejarah, Peninggalan, Dan Keruntuhan Kesultanan Melayu Jambi Kesultanan Jambi adalah sebuah Kesultanan Melayu yang pernah berdiri di Jambi pada abad ke-17 hingga awal abad ke-20 Masehi. Sebelum menjadi sebuah Kesultanan, Jambi merupakan sebuah Kerajaan Melayu yang didirikan oleh Paduko Berhalo bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak, pada tahun 1460 Masehi. Pada masa itu Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur juga menaklukan Kerajaan Jambi. Kekuasaan Kerajaan Majapahit itu akhirnya runtuh seiring dengan tersiarnya agama Islam di Jambi ( Baca : www.kompas.com ). Menurut informasi yang dikutip dari www.kompas.com dan wikipedia.org pada tahun 1615, Kerajaan Jambi resmi menjadi kesultanan setelah Pangeran Kedah naik tahta dan menggunakan gelar Sultan Abdul Kahar.Kesultanan Jambi mengalami masa kejayaan pada nasa pemerintahan Sultan Abdul Kahar terutama di bidang perdagangan lada di Sumatera. Pada 1680an Jambi mulai kehilangan fungsinya sebagaiu pelabuhan perdagangan lada setelah berperang melawan Kesultanan Johor yang berasal dari Semenanjung Malaya. Setelah berkuasa di Jambi hampir empat abad, Kesultanan Jambi akhirnya runtuh karena jatuh ke tangan kekuasaan Belanda dan setelah Sultan Jambi yang terakhir, Sultan Thaha Saifuddin wafat pada tahun 1902. Selain itu, penyebab utama keruntuhan Kesultanan Melayu Jambi lainnya adalah penyelundupan dan utang serta campur tangan Belanda dalam urusan internal Kesultanan Melayu Jambi. Peninggalan Kesultanan Melayu Jambi antara lain : 1. Taman Makam Rajo-Rajo 2. Masjid Agung Al- Falah Jambi 3. Istana Abdurrahman Thaha Saifuddin 4. Rumah Batu Olak Kemang

Kamis, 04 Agustus 2022

Hang Tuah Hang Tuah adalah seorang pahlawan dan tokoh legendaris Melayu pada masa Kesultanan Malaka. Dia adalah seorang pelaut dengan pangkat laksamana dan juga petarung yang hebat baik di daratan maupun di lautan. Penggambaran Hang Tuah dari beberapa versi Sulatussalatin berbeda, ada yang menyebutkan bahwa dia dahulu seorang nelayan miskin. Pada masa mudanya, dia bersama keempat sahabatnya Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu membunuh sekelompok bandit-bandit dan dua orang yang berhasil membakar desanya dengan amarahnya. Bendahara ( Perdana Menteri ) Kesultanan Malaka mengetahui kehebatan mereka dan mempekerjakan mereka di Istana Sultan Malaka. Semasa dia bekerja di Kesultanan Malaka, dia sering mendampingi Sultan Malaka, Mansur Shah, dalam berbagai tugas kenegaraan termasuk kunjungan diplomatik ke Kerajaan Majapahit. Hang Tuah berduel melawan seorang petarung Raja Majapahit yang terkenal dengan sebutan Taming Sari. Dalam duel itu, dia berhasil membunuh Taming Sari, dan kemudian Raja Majapahit, Suraprabhawa, menganugerahkan keris Taming Sari itu kepada Hang Tuah. Hang Tuah pernah dituduh oleh Sultan Malaka berzina dengan Sultan Malaka dan didalam keputusannya yang cepat, Sultan Malaka memutuskan menghukum mati Hang Tuah yang tidak bersalah. Namun eksekusi mati tak pernah dilaksanakan karena Bendahara Kesultanan Malaka menyembunyikan Hang Tuah. Saat mengetahui Hang Tuah akan dieksekusi mati, Hang Jebat memberontak melawan Sultan Malaka. Mengakibatkan semua rakyat menjadi kacau balau. Sultan Malaka menyesali menghukum mati Hang Tuah karena dialah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk membunuh Hang Tuah. Secara tiba-tiba, Bendahara Kesultanan Malaka memanggil kembali Hang Tuah dari tempat persembunyiannya dan dibebaskan secara penuh dari hukuman Sultan Malaka. Setelah tujuh hari bertarung melawan Hang Jebat, Hang Tuah berhasil membunuh Hnag Jebat dan merebut kembali keris Taming Sari dari Hang Jebat Setelah kematian Hnag Jebat, Hnag Tuah menghilang dan tak pernah terlihat kembali. Referensi Wikipedia.org
Hang Jebat Hang Jebat adalah sahabat legenda Melayu Hang Tuah. Dia terkenal karena memberontak melawan Sultan Malaka yang dia layani karena membalas kematian sahabatnya yang dieksekusi mati oleh Sultan Malaka itu. Setelah Hang Tuah dieksekusi mati, Sultan Malaka memberikian Keris Taming Sari milik Hang Tuah kepada Hang Jebat. Akan tetapi faktanya, Hang Tuah disembunyikan oleh Bendahara ( Perdana Menteri ) Kesultanan Malaka untuk menghindari eksekusi mati. Hanya Bendahara yang tahu tempat persembunyian Hang Tuah. Dengan keris suci milik Hang Tuah, Hang Jebat menjadi tidak dapat dikalahkan dan tidak satu orangpun di Malaka yang dapat membunuh dia. Dendam Hang Jebat itu membuat Sultan Malaka meninggalkan istananya. Ketika istana Sultan Malaka kosong, Hang Jebat menggunakan kekuasaannya untuk merayu para wanita Istana Sultan Malaka dn meminta mereka untuk menghabiskan waktu bersamanya. Hang Jebat membunuh semua prajurit Sultan Malaka yang dikirim untuk menangkapnya. Bahkan temannya, Hang Kasturi, pun diusir ketika Hang Jebat menyadari bahwa orang lain tidak datang untuk bergabung dengannya saat dia bergembira. Atas perintah Sultan Malaka, Hang Tuah keluar dari tempat persembunyiannya. Sultan Malaka memerintahkan Hang Tuah untuk membunuh Hang Jebat. Kutipan Hang Jebat yang terkenal adalah " Raja Adil disembah, Raja zalim raja disanggah " yang secara harfiah artinya " seorang raja yang adil adalah raja untuk ditaati, seorang raja yang kejam adalah raja untuk dilawan ". Referensi Wikipedia.org

Rabu, 03 Agustus 2022

Sejarah Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Papua Indonesia merupakan penduduk Islamnya adalah yang terbesar di dunia. Penduduk Islam yang terbesar di Indonesia berada di Jawa. Menyusul Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Sementara jumlah penganut Islam di Papua tidaklah banyak. Mayoritas orang Papua beragama Katolik dan Protestan. Tapi tahukah anda para pembaca ? Menurut informasi yang dikutip dari kumparan.com dan berbagai referensi sejarah lainnya agama Islam masuk ke Papua jauh sebelum kedatangan agama Kristen ke Papua. Agama Islam masuk ke Papua pada abad ke-13. Penyebaran agama Islam di Papua dilakukan oleh para penyebar Islam asal Kesultanan Samudra Pasai dari Aceh dan juga sultan-sultan Maluku. Masuknya agama islam juga dibuktikan dengan adanya beberapa Kerajaan Islam di Papua antara lain : 1. Kerajaan Misool 2. Kerajaan Waigeo 3. Kerajaan Rumbati 4. Kerajaan Salawati 5. Kerajaan Raja Ampat 6. Kerajaan Kaimana 7. Kerajaan Fak-Fak 8. Kerajaan Sailolof 9. Kerajaan Fatagar 10. Kerajaan Kowiai Sebelum Islam masuk ke Papua, Papua merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur seperti yang tercatat dalam Kitab Negarakertagama dan setelah itu seluruh wilayah Papua pernah menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore dan Bacan yang berasal dari Maluku. Jadi masuknya Islam ke Papua sudah terjadi sebelum masuknya agam Kristen Protestan dan Katolik yang dibawa oleh para misionaris dan Zending dari Belanda pada abad ke-19.
Mengenal Lebih Dekat Kesultanan-Kesultanan Melayu Islam Di Maluku Dan Sejarah Singkatnya Tanda-tanda kemunculan Islam di Maluku jauh sebelum kemunculan agama Kristen Katolik dan Protestan di Kepulauan Maluku yang disebarkan oleh orang-orang Belanda, Portugis, dan Spanyol pada abad ke-16 dan -17. Bukti-bukti masuknya Islam ke Maluku itu dicatat dalam Hikayat Hitu, Hikayat Bacan,dan hikayat-hikayat lainnya. Sebelum Islam masuk ke Maluku, wilayah Kepulauan Maluku merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur seperti yang tercatat dalam Kitab Negarakertagama. Menurut informasi yang dikutip dari tirto.co.id dan sejarawan M.S. Putuhena dalam bukunya yang berjudul Sejarah Masuknya Islam Ke Maluku (2012 ), agama Islam di Maluku disebarkan oleh empat syekh dari Persia yaitu Syekh Mansur di HalmaheraMuka dan Ternate. Syekh Yakub menyebarkan Islam di Tidore dan Pulau Makian, dan Syekh Amin dan Syekh Umar yang menyebarkan Islam di Halmahera Belakang, Maba, dan Patani. Proses penyebaran agama Islam di Maluku melalui dua jalur yaitu jalur atas yaitu melalui para penguasa setempat dan jalur bawah yaitu melalui usaha perorangan di tengah masyarakat. Raja Ternate, Kolano Kaicil Marhum, menjadi raja Maluku pertama yang menganut Islam. Dia adalah murid salah satu wali songo ( pernyebar agama Islam di Jawa ) yaitu Sunan Giri dan juga murid penyebar agama Islam di Maluku asal Minangkabau, Datu Maula Hussein. Agama islam kemudian menyebar di seluruh Kepulauan Maluku dan dianut oleh masyarakat hingga lembaga kerajaan. Kesultanan-kesultanan Melayu asal Maluku tersebut adalah Kesultanan Ternate (1570-1610 ), Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo. Kesultanan-Kesultanan Melayu Islam asal Maluku mulai mengalami kemunduran ketika bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda ( abad ke-17 ), Inggris ( akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 ), Portugis dan Spanyol ( abad ke-17 ) mulai berdatangan ke Maluku untuk berdagang rempah dan menyebarkan agama Kristen Protestan dan Katolik.
Sejarah Kesultanan Lamuri Di Aceh Kesultanan Lamuri adalah Kesultanan Melayu tertua yang berasal dari Aceh. Pusat pemerintahannya berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Awalnya Kesultanan Lamuri menganut agama Hindu yang disebut Kerajaan Lamuri. Kerajaan Lamuri ini adalah cikal bakal Kesultanan Aceh Darussalam. Menurut informasi yang dikutip dari newsdetik.com Kerajaan Lamuri diyakini telah ada jauh sebelum abad ke-13 Masehi. Beberapa orang penjelajah dunia seperti Laksamana Cheng Ho ( penyebar Islam asal China ke Nusantara ), Marco Polo, dan beberapa nama penjelajah lainnya pernah singgah di Kerajaan Lamuri. Beberapa bukti arkeologis warisan Kerajaan Lamuri di Aceh adalah benteng-benteng. Tiga diantaranya adalah benteng Indrapatra, Indrapura, dan Indrapuri. Kerajaan Lamuri menjalin hubungan diplomatik dengan Vietnam, Thailand, Negara=negara Arab, India, dan China. peninggalan Kerajaan Lamuri lainnya berupa pecahan keramik yang ditemukan di bukit Lamareh yang membuktikan adanya aktivitas perdagangan di sana pada abad ke-13 dan -15.

Selasa, 02 Agustus 2022

Sejarah Dan Keruntuhan Kesultanan Pidie Di Provinsi Aceh Kesultanan Pidie adalah suatu Kesultanan Melayu yang kini terletak di wilayah Kabupaten Pidie, Aceh. Menurut informasi yang dikutip dari sultanindonesiablog.wordpress.com. Sejarah berdirinya Kesultanan Pidie ini dimulai pada abad ke-15 Masehi ketika Kerajaan Sama Indra takluk kepada Kesultanan Aceh Darussalam. Pada masa itu Sultan Aceh Darussalam, Mahmud Aluddin Johan Syah, melantik Raja Hussain Syah sebagai Sultan Muda Aceh Darussalam di Sama Indra di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam. Kerajaan Sama Indra dikemudian hari berganti nama menjadi Kerajaan Pedir ( Pidie ) seperti yang dikenal sekarang. Kesultanan Pidie berakhir sekitar tahun 1524 Ketika Kesultanan Aceh Darussalam di era pemeriuntahan Ali Mughayat Syah menaklukkan Kesultanan Pidie dan menjadikan Kesultanan Pidie sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam. Silsilah para Sultan Pidie tidak begitu jelas. Situs-situs peninggalan Kesultanan Pidie banyak ditemukan di Kampong Klibeut di kabupaten Pidie berupa makam para Sultan Pidie dan makam Putro Balee dekat Masjid Raja Pidie ( Labuy ) yang mangkat pada 1588 dan makam Sultan Pidie, Ma`ruf Syah, putra dari Sultan Sulaiman Nur dekat Masjid Raja Pidie ( Labuy ).
Kesultanan Samudra Pasai Sejarah Dan Penyebab Kemundurannya Kesultanan Samudra Pasai terletak di Aceh. Kesultanan ini merupakan Kesultanan Melayu Islam yang pertama di Indonesia. Kesultanan Samudra Pasai didirikan oleh Merah Silu pada 1267. Setelah masuk Islam, dia berganti nama menjadi Sultan Al-Malik Al Saleh dan menjadi Sultan Samudra Pasai yang pertama. Dia memerintah pada tahun 1285-1297 di masa pemerintahannya datang seorang musafir asal Venezia, Italia, bernama Marco Polo. Melalui Marco Polo inilah diketahui bahwa raja Samudra Pasai diberi gelar Sultan. Wilayah Kesultanan Samudra Pasai menjadi wilayah pertama yang dikunjungi oleh para pedagang dan pelayar asing dan Nusantara. Kesultanan Samudra Pasai terletak di Lhokseumawe, Aceh. Kesultanan Samudra Pasai mengalami masa kejayaan pada era pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az-Zahir ( memerintah 1326-1345 ) di bidang perdagangan internasional. Setiap tahun Kesultanan Samudra Pasai mengimpor lada, sutra, kapur barus, dan emas dalam jumlah besar. Dengan letaknya yang sangat strategis itu, Kesultanan Samudra Pasai berkembang menjadi Kerajaan Maritim. Samudra Pasai menggantikan peran Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka. Kesultanan Samudra Pasai mempunyai dua pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Kesusastraan Melayu Klasik mengalami perkembangan yang pesat pada masa Kesultanan Samudra Pasai seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sulalatussalatin ( Sejarah Melayu ). Kesultanan Samudra Pasai nmengalami kemunduran ketika Portugis menguasai Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke-17 dan Kerajaan Majapahit menaklukkan Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke-14. Referensi Kompas.com Wikipedia.org

Poenale Sanctie

Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, pe...