Hang Tuah
Hang Tuah adalah seorang pahlawan dan tokoh legendaris Melayu pada masa Kesultanan Malaka. Dia adalah seorang pelaut dengan pangkat
laksamana dan juga petarung yang hebat baik di daratan maupun di lautan.
Penggambaran Hang Tuah dari beberapa versi Sulatussalatin berbeda, ada yang menyebutkan bahwa dia dahulu seorang nelayan miskin.
Pada masa mudanya, dia bersama keempat sahabatnya Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu membunuh sekelompok bandit-bandit
dan dua orang yang berhasil membakar desanya dengan amarahnya.
Bendahara ( Perdana Menteri ) Kesultanan Malaka mengetahui kehebatan mereka dan mempekerjakan mereka di Istana Sultan Malaka.
Semasa dia bekerja di Kesultanan Malaka, dia sering mendampingi Sultan Malaka, Mansur Shah, dalam berbagai tugas kenegaraan termasuk
kunjungan diplomatik ke Kerajaan Majapahit. Hang Tuah berduel melawan seorang petarung Raja Majapahit yang terkenal dengan sebutan
Taming Sari. Dalam duel itu, dia berhasil membunuh Taming Sari, dan kemudian Raja Majapahit, Suraprabhawa, menganugerahkan keris
Taming Sari itu kepada Hang Tuah.
Hang Tuah pernah dituduh oleh Sultan Malaka berzina dengan Sultan Malaka dan didalam keputusannya yang cepat, Sultan Malaka memutuskan
menghukum mati Hang Tuah yang tidak bersalah. Namun eksekusi mati tak pernah dilaksanakan karena Bendahara Kesultanan Malaka menyembunyikan
Hang Tuah.
Saat mengetahui Hang Tuah akan dieksekusi mati, Hang Jebat memberontak melawan Sultan Malaka. Mengakibatkan semua rakyat menjadi kacau balau.
Sultan Malaka menyesali menghukum mati Hang Tuah karena dialah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk membunuh Hang Tuah.
Secara tiba-tiba, Bendahara Kesultanan Malaka memanggil kembali Hang Tuah dari tempat persembunyiannya dan dibebaskan secara penuh dari
hukuman Sultan Malaka. Setelah tujuh hari bertarung melawan Hang Jebat, Hang Tuah berhasil membunuh Hnag Jebat dan merebut kembali keris
Taming Sari dari Hang Jebat Setelah kematian Hnag Jebat, Hnag Tuah menghilang dan tak pernah terlihat kembali.
Referensi
Wikipedia.org
Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam
Bahasa Melayu Dialek Champa juga dikenal dengan nama Bahasa Cham. Menurut informasi yang dikutip dari laman wikiwand.com dan riset linguistik ( ahli bahasa ) bahasa ini sebelumnya adalah bahasa Kerajaan Champa di Vietnam Tengah yang kemudian juga digunakan oleh etnis Melayu Champa yang tinggal di Kamboja. Bahasa Melayu Champa adalah bahasa ehri-i yang digunakan oleh etnis Melayu Champa. Sedangkan mereka berbicara Bahasa Melayu Standar hanya saat berbicara orang Melayu yang bukan penutur Bahasa Melayu Champa. Bahasa Melayu dialek Champa termasuk dalam rumpun Bahasa Polinesia dalam keluaraga Bahasa Melayu Austronesia. Bahasa Melayu Champa dituturkan oleh 220.000 orang di Kamboja dan 100.000 orang di Vietnam. Bahasa Melayu dialek Champa serumpun dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Malaysia, Madagaskar, Bahasa Melayu Standar di Filipina Selatan dan Patani di Thailand. Bahasa lainnya yang masih serumpun dengan Bahasa Melayu dialek Champa adalah Bahasa Melayu-Sumbawa di Nusa Tenggara Barat, Ba
Komentar
Posting Komentar