Mengenal Lebih Dekat Kesultanan-Kesultanan Melayu Islam Di Maluku Dan Sejarah Singkatnya
Tanda-tanda kemunculan Islam di Maluku jauh sebelum kemunculan agama Kristen Katolik dan Protestan di Kepulauan Maluku yang disebarkan oleh
orang-orang Belanda, Portugis, dan Spanyol pada abad ke-16 dan -17. Bukti-bukti masuknya Islam ke Maluku itu dicatat dalam Hikayat Hitu, Hikayat Bacan,dan hikayat-hikayat lainnya. Sebelum Islam masuk ke Maluku, wilayah Kepulauan Maluku merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur seperti yang tercatat dalam Kitab Negarakertagama.
Menurut informasi yang dikutip dari tirto.co.id dan sejarawan M.S. Putuhena dalam bukunya yang berjudul Sejarah Masuknya Islam Ke Maluku
(2012 ), agama Islam di Maluku disebarkan oleh empat syekh dari Persia yaitu Syekh Mansur di HalmaheraMuka dan Ternate. Syekh Yakub menyebarkan Islam di Tidore dan Pulau Makian, dan Syekh Amin dan Syekh Umar yang menyebarkan Islam di Halmahera Belakang, Maba, dan Patani.
Proses penyebaran agama Islam di Maluku melalui dua jalur yaitu jalur atas yaitu melalui para penguasa setempat dan jalur bawah yaitu melalui usaha perorangan di tengah masyarakat.
Raja Ternate, Kolano Kaicil Marhum, menjadi raja Maluku pertama yang menganut Islam. Dia adalah murid salah satu wali songo ( pernyebar agama Islam di Jawa ) yaitu Sunan Giri dan juga murid penyebar agama Islam di Maluku asal Minangkabau, Datu Maula Hussein. Agama islam kemudian menyebar di seluruh Kepulauan Maluku dan dianut oleh masyarakat hingga lembaga kerajaan. Kesultanan-kesultanan Melayu asal Maluku tersebut adalah Kesultanan Ternate (1570-1610 ), Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo.
Kesultanan-Kesultanan Melayu Islam asal Maluku mulai mengalami kemunduran ketika bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda ( abad ke-17 ), Inggris
( akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 ), Portugis dan Spanyol ( abad ke-17 ) mulai berdatangan ke Maluku untuk berdagang rempah dan menyebarkan agama Kristen Protestan dan Katolik.
Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam
Bahasa Melayu Dialek Champa juga dikenal dengan nama Bahasa Cham. Menurut informasi yang dikutip dari laman wikiwand.com dan riset linguistik ( ahli bahasa ) bahasa ini sebelumnya adalah bahasa Kerajaan Champa di Vietnam Tengah yang kemudian juga digunakan oleh etnis Melayu Champa yang tinggal di Kamboja. Bahasa Melayu Champa adalah bahasa ehri-i yang digunakan oleh etnis Melayu Champa. Sedangkan mereka berbicara Bahasa Melayu Standar hanya saat berbicara orang Melayu yang bukan penutur Bahasa Melayu Champa. Bahasa Melayu dialek Champa termasuk dalam rumpun Bahasa Polinesia dalam keluaraga Bahasa Melayu Austronesia. Bahasa Melayu Champa dituturkan oleh 220.000 orang di Kamboja dan 100.000 orang di Vietnam. Bahasa Melayu dialek Champa serumpun dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Malaysia, Madagaskar, Bahasa Melayu Standar di Filipina Selatan dan Patani di Thailand. Bahasa lainnya yang masih serumpun dengan Bahasa Melayu dialek Champa adalah Bahasa Melayu-Sumbawa di Nusa Tenggara Barat, Ba
Komentar
Posting Komentar