Sejarah Kota Tua Jakarta
Di sini kita dapat menyaksikan sepeda onthel yang disewakan untuk turis lokal maupun mancanegara yang mengelilingi kawasan Kota Tua Jakarta. Bahkan tukang ojek onthel sepeda dapat menjadi tour guide anda mengelilingi bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta ini. Selain itu kita dapat menyaksikan pedagang-pedagang lukisan yang enjual lukisan mereka dalam deretan di sepanjang Jalan Pinangsia Raya dan Jalan Pintu Besar Selatan.
Jika anda penasaran seperti apa Kota Tua Jakarta dahulu. Silahkan anda membaca artikel saya berikut ini
Menurut info yang dikutip dari bobobox.co.id. dan buku panduan Museum Sejarah Jakarta ( 2012 ) Sekitar tahun 1526 Kesultanan Demak mengirim pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah untuk menyerang pelabuhan Sunda Kelapa ( dahulu bernama Calapa menurut ejaan Portugis ) yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu Pajajaran. Sebelum dikuasai Kerajaan Pajajaran, Calapa merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Hindu Tarumanegara.
Saat itu luasnya hanya 15 hektar dan sudah memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Saat itu Jakarta bernama Jayakarta yang diambil dari nama bupati yang diangkat oleh Sultan Banten.
Pada tahun 1619 Belanda menyerang dan menghancurkan Jayakarta dan menggantinya dengan nama Batavia yang diambil dari nama leluhur orang Belanda yaitu Bataviaren. Kota ini berpusat di timur Sungai Ciliwung yang sekarang menjadi Lapangan Fatahillah.
Pada tahun 1635 Belanda memperluas Kota Batavia hingga tepi barat Sungai Ciliwung, yang merupakan reruntuhan bekas Kota Jayakarta. Belanda membangun Kota Batavia yang dikelilingi oleh benteng dan delapan kanal. Kedelapan kanal itu berfungsi sebagai sarana transportasi sungai sekaligus untuk mengatasi banjir.
Belanda menyelesaikan pembangunan Kota Batavia pada 1650 dan Kota Batavia menjadi pusat perdagangan Belanda di Hindia Timur menggantikan Kepulauan Maluku.
Pada akhir abad ke-17 hingga akhir abad ke-18 timbul wabah penyakit yang mematikan di Batavia akibat buruknya sanitasi yang menyebabkan kerusakan pada kanal dan udara yang buruk.
Akibat wabah ini banyak penduduk Belanda yang jatuh sakit dan bahkan meninggal dan Batavia mendapatkan kota yang paling tidak sehat di belahan timur.
Pada awal abad ke-19 Pemerintah Belanda memindahkan pusat pemerintahan Hindia Belanda dari kawasan Kota Tua Jakarta ke kawasan Weltevreden ( kini Gambir dan Lapangan Banteng ) karena wilayah itu dianggap lebih sehat bagi orang-orang Belanda dan Eropa lainnya.
Pada tahun 1905 Pemerintah kolonial Belanda ditetapkan sebagai stadsgemeente ( kota ) berdasarkan Desentralisatie Wet ( Undang-Undang Desentralisasi ) yang disahkan oleh Ratu Belanda Wilhelmina pada tanggal 23 Juli 1903.
Pada 5 Maret 1942 Tentara Jepang merebut Batavia dari tangan Belanda. Pada 8 Desember 1942 tentara Jepang mengubah nama Batavia menjadi Jakarta. Jepang menetapkan Jakarta sebagai Tokubetsu-shi ( Kota Istimewa ).Namun ketika Belanda kembali menjajah Indonesia dengan bantuan tentara Inggris, Belanda mengubah nama Jakarta kembali menjadi Batavia.
Pada akhir tahun 1949 Pemerintah Republik Indonesia Serikat ( RIS ) bentukan Belanda menetapkan Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia Serikat ( RIS ).
Pada tahun 1950 Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia menetapkan Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar