Minggu, 09 Januari 2022


                                      Persiapan Hindia Belanda Menghadapi Invasi Jepang Selama Perang Dunia II

  Pada bulan Mei 1940 Nazi Jerman menduduki Belanda. Didudukinya Belanda oleh Jerman merupakan berita yang sangat mengejutkan. Menurut buku Sepak Terjang Dan Perjuangan Politik Mohamammad Husni Thamrin dan sejarawan Nino Oktorino dalam bukunya Di Bawah Cengkeraman Dai Nippon Walaupun di Hindia Belanda waktu itu terpisah jauh dari Belanda dan berdiri sendiri, di lambat laun di Volksraad terjadi pertentangan antara fraksi yang setuju dengan rencana pemerintah Belanda untuk merekrut para pemuda pribumi menjadi milisi dan fraksi yang menolak rencana pemerintah Belanda merekrut para milisi. Di antara fraksi yang menentang rencana pemerintah Belanda merekrut milisi bumiputera itu dipimpin oleh Mohammad Husni Thamrin dan Otto Iskandar Dinata yang menentang rencana Pemerintah Belanda memperkuat Angkatan Laut Hindia Belanda dan rencana Pemerintah Belanda yang akan merekrut 1.000 orang pribumi sebagai milisi dalam waktu satu tahun. Menurut M H Thamrin dan Otto Iskandar Dinata merekrut milisi membutuhkan waktu bertahun-tahun.

 Pada 1930an Jepang telah membanjiri Indonesia dengan barang-barang harga murah dari Jepang. Pada 1930an itu pula Jepang mulai menyusupkan intelijen mereka baik orang Jepang maupun Indonesia untuk membocorkan rahasia kekuatan militer Belanda. Menurut sejarawan Nino Oktorino dalam bukunya Di Bawah Cengkeraman Dai Nippon dan buku Sepak Terjang Dan Perjuangan Politik Mohammad Husni Thamrin semua golongan termasuk anggota Volksraad dan tokoh-tokoh pergerakan nasional di Hindia Belanda saat itu menyatakan setia kepada Ratu Belanda, Wilhelmina dan mereka mengadakan penggalangan dana untuk memberikan dukungan peperangan yang dilakukan oleh Pemerintah kolonial Belanda.

 Mulai dari Mangkunegaran dan Susuhunan di Solo, Jawa Tengah, hingga rakyat kecil semua mendukung Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Kerajaan Belanda. Juga fraksi pribumi di Volksraad ( Dewan Rakyat Hindia Belanda ) pimpinan Mohammad Husni Thamrin pada mulanya terhadap invasi Jerman ke Belanda.Tokoh pergerakan nasional lainnya yaitu Bung Hatta memperingatkan bahaya invasi Jepang dari pengasinnya di Banda Neira, Maluku. 

 Demikian juga Haji Agus Salim mengeluarkan dukungan terhadap Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Kerajaan Belanda dalam peperangan melawan Nazi Jerman dan Jepang dalam sebuah pidato dalam bahasa Belanda yang disiarkan oleh Radio Oranje. Dalam pidatonya itu dia mengingatkan bahaya invasi Jepang.

 Untuk menghadapi invasi Jepang ke Hindia Belanda, delapan puluh persen anggaran Pemerintah Hindia Belanda dihabiskan untuk pertahanan. Pada saat itu Belanda memesan peralatan militer dari Amerika Serikat senilai 200 juta dollar ( Lihat pula Sepak Terjang Dan Perjuangan Politik Mohammad Husni Thamrin ).

 Di Jawa, orang-orang Belanda menyingsingkan laengan baju mereka dengan bantuan orang pribumi mendirikan dan memperbesar bengkel-bengkel konstruksi artileri pangkalan angkatan laut Belanda di Surabaya, pabrik senjata dan mesiu. Kapal-kapal tunda mengangkut dok terapung dari Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia ke Pelabuhan Cilacap di Jawa Tengah yang menjadi sibuk sekali dengan empat orang syahbandar dan enam gudang.

 Sementara itu Jepang mulai mempengaruhi penduduk Indonesia dengan kampanye desas-desus. Pegawai Indonesia yang bekerja pada perusahaan-perusahaan Jepang digunakan sebagai penyebar rumor. Salah satu rumor yang disebarkan adalah angkatan perang Jepang tidak dapat dikalahkan dan betapa lemahnya angkatan perang Belanda. Selain itu dilakukan propaganda melalui siaran Radio Tokyo dari Jepang. Dalam siaran berbahasa Belanda, Inggris, dan Indonesia penduduk pribumi dihasut untuk menentang Pemerintah Kolonial Belanda.  

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Poenale Sanctie

Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, pe...