Minggu, 09 Januari 2022

             

                                   

                                               PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

  Menurut sejarawan Nino Oktorino dalam bukunya berjudul Di Bawah Cengkeraman Dai Nippon menyebutkan masa pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung selama 3,5 tahun ( 8 Maret 1942-17 Agustus 1945 ). Menurut sejarawan Nino Oktorino pendudukan Jepang di Indonesia mempunyai dampak di berbagai bidang mulai dari sosial, ekonomi, budaya militer hingga pendidikan. 

  Menurut sejarawan Nino Oktorino dalam Di Bawah Cengkeraman Dai Nippon ( 2014 ) menyebutkan bahwa tentara Jepang mendarat di Indonesia pada 1 Maret 1942 di Teluk Banten setelah berhasil mengalahkan armada Angkatan Laut Belanda dan Inggris dalam pertempuran Laut Jawa dan Selat Sunda pada tanggal 28 Februari 1942.

 Pada 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Lapangan Terbang Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Di sisi lain, rakyat Indonesia menyambut gembira kedatangan tentara Jepang yang telah " membebaskan " mereka dari penjajahan Belanda. Jepang dianggap sebagai saudara tua karena sama-sama berasal dari Asia.

 Jepang memposisikan dirinya sebagai saudara tua dengan semangat Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Akan tetapi Jepang ternyata tidak jauh berbeda dengan Belanda yaitu sebagai penjajah yang menindas rakyat Indonesia dan juga mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia.

 Tujuan Jepang menduduki Indonesia dalam Perang Dunia Kedua yaitu ingin menguasai minyak bumi. Pada bulan September hingga Oktober 1940 diadakan serangkaian perundingan antara Belanda dan Jepang untuk meningkatkan ekspor minyak bumi Hindia Belanda. Tetapi perundingan itu gagal karena Belanda menolak tuntutan Jepang mengekspor jutaan ton minyak bumi Hindia Belanda ke Jepang. Inilah yang membuat Jepang memutuskan untuk melancarkan invasi ke Hindia Belanda ( Lihat pula Nino Oktorino. Di Bawah Cengkeraman Dai Nippon Penerbit Media Elex Computindo Jakarta tahun 2014 ).

 Dampak Sosial 

Berdasarkan catatan sejarawan Soepriyanto dalam Perjuangan Meraih Kemerdekaan semasa pendudukan Jepang hubungan komunikasi antar pulau dan luar negeri sangatlah sulit sebab Jepang mengontrol semua media cetak dan media elektronik. Selain masalah sosial dalam komunikasi, masalah lain yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat itu Jepang merekrut bangsa Indonesia untuk dijadikkan romusha ( pekerja paksa ) yang tidak mendapatkan upah. Para wanita Indonesia menjadi korban budak seks tentara Jepang yang disebut jugun ianfu ( gadis penghibur ) tentara Jepang dengan iming-iming lowongan kerja dan melanjutkan studi ke Jepang. Mereka dipaksa untuk memuaskan nafsu prajurit-prajurit Jepang.

 Selama pendudukan Jepang di Indonesia, menurut sejarawan Nino Oktorino dalam Di Bawah Cengkeraman Dai Nippon sekitar 100.000 orang Belanda sipil dan militer ditawan oleh tentara Jepang di kamp-kamp interniran. Nasib para tawanan perang Belanda sangat menyedihkan dan sangat tergantung pada kebijakan perwira Jepang yang menjadi komandan kamp interniran. Menurut Nino Oktorino ada sekitar 10.000-25.000 orang Belanda meninggal dalam kamp tawanan itu karena sakit karena tidak mendapatkan perawatan yang layak dari tentara Jepang.

Dampak Ekonomi

Menurut Nino Oktorino mengeluarkan uang Jepang yang tidak ada nilainya. Jepang juga mengambil alih pabrik gula peninggalan Belanda, tambang minyak bumi milik Belanda, perusahaan-perusahaan listrik milik Belanda, dan juga bank-bank Belanda, Inggris, dan Cina yang ada di Indonesia untuk kepentingan perang Jepang. Pengambilalihan pabrik gula milik Belanda oleh tentara Jepang itu menyebabkan bencana kelaparan dan juga kemiskinan.

Dampak Budaya

Jepang memperkenalkan seikerei ( membungkukan setengah badan ke arah Tokyo, Jepang ) kepada rakyat Indonesia. Namun hal itu ditentang oleh para ulama karena dianggap syirik ( menyekutukan Allah SWT ) yang menyebabkan pertempuran.

Dampak di Bidang Militer 

Jepang mendirikan organisasi-organisasi semimiliter seperti Peta ( Pembela Tanah Air ), Giyugun, Heiho ( Barisan Pembantu Prajurit Jepang ), Seinendan, Suishintai ( Barisan Pelopor ), dan Hizbullah untuk menghadapi ancaman  invasi Sekutu ke Indonesia yang semakin meningkat pada saat itu.

Dampak di Bidang Pendidikan 

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pendidikan boleh dikatakan mengalami kemajuan yaitu tidak adanya diskriminasi seperti yang berlaku pada zaman kolonial Belanda serta dibentuknya sistem tahapan ( SD, SMP, dan SMU ). Namun, pada waktu itu tetapa ada pemanfaatan masyarakat untuk bisa terlibat perang. Para siswa diikut sertakan dalam latihan dasar militer yaitu baris-berbaris dan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Poenale Sanctie

Poenale Sanctie Sebelum saya sebagai penulis memberikan informasi kepada anda tentang Poenale Sanctie, pe...