SEJARAH KESULTANAN PALEMBANG

Menurut info yang dikutip dari www.kompas.com dan wikipedia Kesultanan Palembang adalah sebuah kesultanan Melayu Islam yang pernah berdiri di Palembang, Sumatera Selatan, pada abad ke-17 hingga abad ke-19. 

Pada masa kejayaannya wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang meliputi Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan Sumatera Selatan. 

Pada Oktober 1823 Belanda menghapuskan Kesultanan Palembang setelah kedua belah pihak saling berperang yang berakhir dengan keberhasilan Belanda menaklukkan Palembang. Kemudian pada tahun 2003, Kesultanan Palembang dihidupkan kembali namun hanya sebagai simbol Kebudayaan Melayu di Sumatera Selatan.

 Sultan Palembang yang memerintah Palembang sekarang ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin IV Mauwaz diradja yang naik tahta sejak tahun 2017.

 Kesultanan Palembang didirikan oleh Ki Mas Hindi pada tahun 1659. Dia adalah keturunan Ki Gede Sedo Ing Lautan keturunan Ki Gede Ing Suro Tuo pendiri Kerajaan Palembang. Ki Gede Ing Suro Tuo adalah seorang pelarian dari Kesultanan Demak di Jawa Tengah yang melarikan diri ke Sumatera Selatan karena perang saudara di Kesultanan Demak. Namun, pada masa pemerintahan Ki Mas Hindi, Kesultanan Palembang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram.

 Kesultanan Mataram mengangkat seorang bupati untuk memerintah di Palembang. Kemudian Ki Mas Hindi menyatakan dirinya sebagai Sultan Palembang dengan gelar Sultan Abdurrahman.

 Pusat Pemerintahan Kesultanan Palembang yang pertama berada di Keraton Kuto Gawang. Namun, Keraton Kuto Gawang hancur pada tahun 1659 karena serangan Belanda dalam perang antara Belanda dan Kesultanan Palembang.

 Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I ( 1724-1757 ) pusat pemerintahan Kesultanan Palembang dipindahkan dari Keraton Kuto Gawang ke Kuto Tengkurak. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Bahauddin ( 1776-1803 ) pusat pemerintahan Kesultanan Palembang dipindahkan dari Kuto Tengkurak ke Kuto Besak. 

 Pada tahun 1811 Inggris menyerang Palembang karena Sultan Palembang, Mahmud Badaruddin II ( memerintah tahun 1803 ) tidak mau tunduk kepada Inggris dan Inggris menuduh Sultan Palembang itu membunuh orang-orang Belanda di Palembang pada bulan September 1811 dan menolak menyerahkan loji milik Belanda di Sungai Aur serta menolak menyerahkan tambang timah di Pulau Bangka kepada Inggris. Pada Agustus 1816 Inggris mengembalikkan kekuasaannya di Hindia Belanda termasuk di Palembang dan Sumatera Selatan kepada Belanda. 

 Pada bulan Juni 1821 Belanda berhasil menaklukkan Palembang setelah berkali-kali mengalami kekalahan dalam perang melawan Sultan Palembang, Mahmud Badaruddin II.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam

Bahasa Melayu di Singapura