Sejarah Banjir Di Jakarta Dari Zaman Kerajaan Tarumanegara Hingga Zaman Kolonial Belanda
Pada bulan Oktober hingga Desember adalah musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan di Indonesia. Banyak yang menganggap bahwa musim hujan merupakan berkah. Tetapi tak semua musim hujan dapat mendatangkan berkah tetapi juga bencana banjir. Bencana banjir selain disebabkan oleh faktor cuaca juga disebabkan oleh kerusakan alam lingkungan sekitarnya dan juga perilaku manusia yang membuang sampah ke sungai
Berbicara tentang banjir di Indonesia khususnya di Jakarta telah terjadi sejak zaman kolonial Belanda bahkan sejak zaman Kerajaan Tarumanegara. Salah satu penyebab utama banjir di Jakarta adalah perilaku manusia yang membuang sampah ke sungai, sehingga menghambat aliran air sungai ketika hujan turun.
Menurut info yang dikutip dari www.kompas.com penyebab utama lainnya banjir yang terjadi di Jakarta karena kondisi lingkungan Jakarta yang dikelilingi oleh 10 sungai besar dan sistem drainase yang kurang memadai. Menurut Zaenuddin HM dalam bukunya berjudul Banjir Jakarta ( 2013 ) Banjir di Jakarta sudah terjadi sejak zaman Kerajaan Tarumanegara pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Banjir di Jakarta pada zaman Kerajaan Tarumanegara tercatat dalam Prasasti Tugu yang ditemukan di Jakarta pada 1878. Prasasti itu berisi pesan jika Raja Purnawarman pernah menggali Kali Candrabhaga di Bekasi, Jawa Barat, dan Kali Gomati ( kini Kali Mati ) di Tangerang, Banten. Penggalian itu merupakan upaya untuk mengatasi banjir.
Sungai yang digali itu diharapkan dapat mengalirkan debit air sehingga banjir di Jakarta dapat segera surut. Selain itu, penggalian ini juga ditujukan untuk kepentingan saluran irigasi warga. Banjir pertama di Jakarta ( kala itu disebut Batavia ) pada zaman kolonial Belanda terjadi pada tahun 1621 karena Belanda tidak mengenal geografis dan struktur topografis Batavia meskipun Belanda sudah membangun kanal di Batavia pada 1619. Penyebab lain Banjir di Batavia saat itu adalah Batavia masih berupa rawa dan hutan liar. Saat itu banyak rumah penduduk banyak yang terbuat dari kayu sehingga mudah terhanyut oleh air.
Banjir di Jakarta pada tahun 1654 disebabkan tersumbatnya kanal oleh pasir, hujan deras dan luapan air Sungai Ciliwung serta kiriman air dari hulu di Buitenzorg ( Bogor ), Jawa Barat.
Banjir di Jakarta pada 1872 disebabkan hujan deras dan luapan air Sungai Ciliwung.
Banjir di Jakarta pada 1893 disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Banyak penduduk yang sakit malaria, tifus, dan disentri. Penyebab utamanya adalah air sumur yang terkominasi dan sama sekali tidak layak konsumsi serta berkembang biaknya nayamuk anopheles.
Banjir di Jakarta pada 1909 disebabkan curah hujan tinggi.
Banjir di Jakarta pada 1918 menjadi banjir terparah di Jakarta selama sembilan tahun terakhir. Hampir seluruh rumah di Batavia terendam banjir. Penyebab utamanya adalah banyak hutan di Bogor, Jawa Barat, yang dibuka untuk lahan perkebunan teh. Sehingga hal ini memperparah banjir di Batavia.
Banjir di Jakarta tahun 1932 merupakan banjir terparah kedua di Jakarta pada zaman kolonial Belanda. Banjir di Jakarta kali ini banyak disorot media cetak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar