PERANG MENTENG DI PALEMBANG SUMATERA SELATAN
Hi, para pembaca semua. Kali ini saya akan menceritakan kepada anda tentang Perang Menteng ( Perang Muntinghe ) yang terjadi di Palembang, Sumatera Selatan, antara Belanda dan Kesultanan Palembang di era pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II pada abad ke-19. Menurut info yang dikutip dari www.kompas.com dan wikipedia Kesultanan Palembang didirikan oleh Ki Mas Kindiyang kemudian bergelar Sultan Abdurrahman pada 1657. Dia adalah keturunan Ki Gede Sedo Ing Lautan yang merupakan keturunan Ki Gede Ing Suro Tuo, pendiri Kerajaan Palembang. Ki Gede Ing Suro Tuo adalah seorang pelarian dari Kesultanan Demak di Jawa Tengah yang melarikan diri ke Palembang karena perang saudara di Kesultanan Demak. Pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman, Palembang masih merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram. Pada masa kejayaannya wilayah Kesultanan Palembang meliputi Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan Sumatera Selatan.
Pada 1659 pecah perang antara Belanda dan Kesultanan Palembang yang disebabkan oleh keinginan Belanda untuk menyelundupkan timah dan rempah. Pada saat itu Belanda menghancurkan Istana Kesultanan Palembang, Keraton Kuto Gawang. Kemudian ibukota Kesultanan Palembang dipindahkan ke Kuto Tengkurak pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I ( 1724-1757 ) dan kemudian dipindahkan lagi ke Kuto Besak pada masa pemerintahan Sultan Bahauddin.
Pada 1803 Sultan Mahmud Badaruddin II naik tahta di Kesultanan Palembang menggantikan ayahnya, Sultan Mahmud Badaruddin I, yang meninggal. Dalam masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II baik Belanda maupun Inggris mulai mencampuri urusan internal Kesultanan Palembang ( Lihat www.goodnewsfromindonesia.co.id. ).
Salah satu kebijakan Sultan Mahmud Badaruddin II adalah memberikan hak kepada Belanda untuk memonopoli dan membeli timah di pulau Bangka dan Belitung seperti yang dilakukan oleh pedahulunya, Sultan Komaruddin Wikramo. Inggris mencoba mendekati Sultan Mahmud Badaruddin II dengan memberikan imbalan senjata. Adapun penyebab terjadinya perang antara Belanda dan Kesultanan Palembang adalah keinginan Belanda untuk menguasai Palembang dan Belanda mengultimatum kepada Sultan Palembang itu agar menyerah. Tetapi hal ini membuat sultan marah. Setelah berkali-kali mengalami kekalahan dalam perang melawan Sultan Palembang, akhirnya belanda berhasil menaklukkan Palembang pada bulan Juni 1821. Dengan menggunakan nama Prabu Anom dan Husin Dliauddin, dua adik Sultan Mahmud Badaruddin II, Belanda berhasil menangkap Sultan Palembang itu saat mereka berdua mengundangnya datang pada jamuan makan.
Pada 3 Juli 1821 Belanda mengasingkan Sultan Mahmud Badaruddin II mengasingkan Sultan Mahmud Badaruddin II beserta keluarga dan para pengikutnya ke Ternate, Maluku.
Belanda membubarkan Kesultanan Palembang pada bulan Oktober 1823.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar