Peranan Divisi Siliwangi Dan Divisi Brawijaya Dalam Penumpasan Pemberontakan PKI DI Madiun Jawa Timur Pada Tahun 1948



 Menurut sejarawan Batara R Hutagalung dalam bukunya berjudul Indonesia Tak Pernah DiJajah ( 2017 ) dan Dra. Siti Waridah Q dalam Sejarah Nasional Dan Umum Untuk SMA Kelas 2 ( 2001 ) Pemberontakan PKI di Madiun disebabkan oleh jatuhmya Kabinet Mr. Amir Syarifuddin karena perjanjian Renville terlalu menguntungkan Belanda. Pada tanggal 23 Januari 1948 Mr. Amir Syarifuddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno dan digantikkan oleh Wakil Presiden Bung Hatta yang berhasil menyusun kabinetnya tanpa golongan sosialis. Penyebab terjadinya Pemberontakan PKI di Madiun pada 1948 lainnya adalah kebijaksanaan kabinet Hatta tentang Reorganisasi dan Rasionalisasi ( Rera ) di internal TNI yang dahulu digagas leh Mr. Amir Syarifuddin. Rera itu menyebabkan pengurangan personil TNI dengan alasan menghemat anggaran.

 Akibat dari Rera, TNI Masyarakat ( organisasi militer bentukan Mr. Amir Syarifuddin yang berhaluan komunis ) bergabung dengan Partai Komunis Indonesia ( PKI ) yang membela nasib mereka sebab TNI Masyarakat juga termasuk korban dari program Rera itu. 

 Sementara itu Amir Syarifuddin berbalik menjadi pemimpin oposisi terhadap Kabinet Hatta. Dia kemudian mendirikan Front Demokrasi Rakyat ( FDR ), yang mempersatuan golongan sosialis kiri dan komunis. FDR berusaha memprovokasi bentrokan bersenjata antara Divisi Siliwangi pasukan TNI hijrah dari Jawa Barat  yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah, dengan TNI dari Divisi Panembahan Senopati. Pada tanggal 5 Juli 1948 FDR memprovokasi pemogokan buruh pabrik karung goni di Klaten, Jawa Tengah.
 
 Pada bulan Agustus 1948 tokoh PKI Musso kembali dari pengasingan di Uni Soviet. Dia mengemban tugas dari Komintern ( Komunis Internasional ) untuk menyusun doktrin bagi Partai Komunis Indonesia ( PKI ) yang diberi nama Jalan Baru.

  Insiden yang terjadi di Klaten dan Solo antara pendukung FDR dan GRR ( Gerakan Rakyat Revolusioner ) pimpinan Tan Malaka maupun dengan pasukan hijrah TNI dari divisi Siliwangi. Insiden itu direncanakan oleh PKI yang menginginkan Solo sebagai daerah wild west ( daerah kacau ), sedangkan daerah Madiun dijadikan basis gerilya. 
  
 Sesuai dengan doktrin Jalan Baru, dia melakukan fusi antara Partai Sosialis pimpinan Mr. Amir Syarifuddin, Partai Buruh, dan partai lainnya menjadi PKI. Musso mengambil alih pimpinan PKI baru, sedangkan Mr. Amir Syarifuddin juga duduk dalam pimpinan. PKI mengkritik kebijakasanaan Kabinet Hatta. 
 
 Sebagai puncak agitasi PKI, pada tanggal 18 September 1948 Tokoh PKI Musso mengumumkna berdirinya Soviet Republik Indonesia. Pada tanggal 19 September 1948 Musso mengumumkan pembentukan pemerintahan baru Republik Indonesia yang berhaluan komunis. Selain di Madiun, PKI juga berhasil membentuk pemerintahan baru yang berhaluan komunis di Pati, Jawa Tengah. PKI pun mulai melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap pejabat tinggi pemerintah, ulama, santri, dan TNI/Polri yang tidak mau tunduk kepada PKI.

 Untuk menumpas pemberontakan PKI itu, Pada tanggal 19 September 1948 Presiden Soekarno mengangkat Gubernur Militer Jawa Tengah II , Kolonel Gatot Subroto, menjadi Gubernur Militer untuk wilayah Madiun, Solo, Pati, dan Semarang. tindakan pertama yang ambil oleh Kolonel Gatot Subroto saat ityu yanitu menginstruksikan gencatan senjata bagi pasukan-pasukan TNI yang bertikai dan meminta mereka untuk menyatakan kesetiaan kepada Republik Indonesia.

 Untuk menumpas pemberontakan PKI, Pemerintah RI mengangkat Jenderal Sudirman sebagai Panglima operasi penumpasan namun karena dalam kondisi sakit TBC dia menyerahkan operasi penumpasan pemberontakan PKI kepada Panglima Markas Besar Komando Djawa ( MBKD ) Kolonel Abdul Haris Nasution. Selanjutnya TNI di bawah pimpinan Kolonel A H Nasution menggelar operasi penumpasan dengan mengerahkan kesatuan-kesatuan cadangan Divisi Siliwangi yang dibantu oleh Kepolisian RI dan taruna Akademi militer Yogyakarta. Dalam operasi penumpasan itu, Divisi Siliwangi ditugaskan merebut Rembang, Solo, Blora, dan Semarang di Jawa Tengah, Ponorogo, Ngawi, Magetan di Jawa Timur serta menyerang Madiun dari arah barat. Sedangkan Divisi Brawijaya pimpinan Kolonel Sungkono menyerang Madiun dari arah timur. Pemberontakan PKI berhasil dipadanmkan pada tanggal 30 september 1948 sore saat Divisi Siliwangi merebut kembali Kota Madiun.

 Upaya lain Pemerintah RI untuk menumpas pemberontakan PKI saat itu, yaitu melarang penerbitan koran-koran yang berhaluan komunis seperti Patriot, Revolusioner, Soeara Ibukota, dan Bintang Merah.
( Referensi : Ratna Hapsari & M. Adil Sejarah Indonesia Untuk SMK/MK Kelas XII Penerbit Erlangga Jakarta 2015 ).

 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam

Bahasa Melayu di Singapura