SEJARAH KESULTANAN MELAYU DI SINGAPURA

Menurut The Malay Annals ( Sejarah Melayu ) dan yang dikutip dari jlka kemenag.go.id. Kesultanan Melayu di Singapura didirikan oleh Sang Nila Utama seorang bangsawan Sriwijaya pada tahun 1299. Pada saat itu dia mengunjungi Tumasik ( kini Singapura ) dan melihat seekor singa, maka dia menamakan pulau itu Singapura dan menjadikan Singapura sebagai pos dagang Kerajaan Singapura.

Selama abad ke-14 Kerajaan Siam ( Thailand ) dan Majapahit beberapa kali menyerang Singapura dalam rangka ekspansi mereka ke Tanah Melayu. Pada tahun 1388 seorang bangsawan Palembang yang bernama Parameswara melarikan diri ke Singapura dari serangan Kerajaan Majapahit, kemudian dia membunuh penguasanya dan menggantinya yang bisa menjadi vassal Kerajaan Thailand melancarkan serangan balasan dan menghancurkan Singapura sehingga daerah ini tak berpenghuni selama lebih dari 400 tahun.

Kemudian Parameswara melarikan diri ke Malaka di Malaysia dan menyatakan diri masuk Islam. Dia berusaha mengembangkan wilayah kekuasaan Kesultanan Malaka yang meliputi Singapura yang merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Johor di Semenanjung Malaya.

Menurut asal katanya " Singapura " berasal dari bahasa Sansekerta yaitu " singa " ( singa ) dan " pura " ( kota ). Dengan demikian arti kata Singapura adalah " Kota Singa ". Sebelum Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor menguasai Singapura, di Singapura sudah ada Sultan-Sultan Melayu yang pernah memerintah di Singapura antara lain :

Sri Tri Buana ( Sang Nila Utama ) ( 1299-1347 )

Sri Pikrama Wira ( 1347-1362 ) 

Sri Rana Wikema ( 1362-1375 )

Sri Maharaja ( 1375-1388 ) 

Sultan Iskandar Syah ( 1388-1391 ) kemudian memerintah di Kesultanan Melaka ( 1393-1397 ). Pada 1819 Sultan Melayu Singapura yang terakhir, Hussein Syah, menyerahkan Singapura kepada Inggris. Sejak Inggris berkuasa di Singapura maka kekuasaan Kesultanan Melayu di Singapura pun berakhir. Pada 1824 Inggris menggabungkan Singapura dengan Pulau Penang dan Malaka di Semenanjung Malaya dalam Straits Settlement ( Pemukiman Selat ).  Daftar Pustaka : Galeri Malaka Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam

Bahasa Melayu di Singapura