SEJARAH KERETA API DI INDONESIA

 Menurut info yang dikutip dari kai.id. dan buku pemerhati sejarah kereta api Yati Nurhayati berjudul Sejarah Kereta Api Indonesia ( 2014 ) menyatakan sejarah kereta api di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama rel kereta api Solo-Yogyakarta-Semarang di Jawa Tengah di Desa Kemijen oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sloet Van de Beele pada 17 Juni 1864. Orang Belanda yang pertama kali mengusulkan pembangunan rel kereta api di Indonesia adalah JHR Van Der Wick pada tahun 1840 ketika Belanda menerapkan sistem tanam paksa di Hindia belanda ( kini Indonesia ). Tujuan awal Belanda membangun rel kereta api di Hindia Belanda yaitu untuk mengangkut hasil bumi seperti teh, kopi, gula, karet, dan tembakau serta mengangkut personil militer Belanda. Pada awal adanya kereta api di Hindia belanda menimbulkan perdebatan pro dan kontra tentang peran pemerintah Belanda dalam pengembangan kereta api, tenaga penggerak, dan lain-lain.

 Pembangunan rel kereta api yang pertama di Indonesia ini pertama kali dilakukan oleh maskapai kereta api Belanda Namlooze Venootschaap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij menggunakan lebar sepur 1435 mm. 

 Sementara itu Pemerintah kolonial Belanda membangun rel kereta api melalui Staatsspoorwegen ( SS ) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS adalah Malang-Pasuruan-Surabaya di Jawa Timur. Perusahaan-perusahaan kereta api swasta milik Belanda lainnya yang membangun rel kereta api di Indonesia adalah Seradjoedal Stoomtram Mij ( SS ), Samarang Djoana Stoomtram Mij ( SDS ), Samarang Cheribon Stoomtraam Mij ( SCS ) , Oost Java Stoomtram Mij ( OJS ), Pasoeroean Stoomtram Mij (PS) , Kediri Stoomtram Mij ( KS ), Probolinggo Stoomtram Mij ( PS ), Modjokerto Stoomtram Mij, Malang Stoomtram Mij, Madoera Stoomtram Mij, dan Deli Spoorweg Mij( DSM ).

 Selain di Jawa, Belanda juga membangun rel kereta api di Minangkabau ( 1891 ), Aceh ( 1876 ), Sumatera Selatan ( 1911 ), dan Sulawesi Selatan ( 1922 ). Di Bali, Lombok di Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat Belanda hanya melakukan studi kemungkinan kelayakan pembangunan rel kereta api, belum sampai pada tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928   panjang rel kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 kilometer dengan rincian rel milik pemerintah kolonial Belanda 4.089 km dan panjang  rel milik swasta 3.375 km.

 Pada masa pendudukan Jepang, semua pengelolaan rel kereta api warisan kolonial Belanda di Indonesia diambil oleh Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyoku ( Dinas Kereta Api ). Selama pendudukan Jepang di Indonesia, pengelolaan rel kereta api di Indonesia hanya untuk kepentingan militer Jepang seperti mengangkut batu bara. Salah satu pembangunan rel kereta api di Indonesia di era pendudukan jepang adalah rel kereta api Bayah-Saketi di Kabupaten Lebak, Banten, dan Muaro-Pekanbaru yang menghubungkan Sumatera Barat dengan  Riau untuk mengangkut batu bara untuk kepentingan perang Jepang. Selain itu, Jepang juga membongkar rel-rel kereta api peninggalan Belanda yang ada di Jawa untuk diangkut ke Myanmar.

 Setelah Indonesia merdeka, sejumlah pegawai kereta api bangsa Indonesia mengambil alih sejumlah stasiun kereta api dan rel kereta api yang dikuasai oleh tentara Jepang. Puncaknya adalah pengambilalihan kantor pusat PT Kereta Api Indonesia ersero di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 28 September 1945 ( Kini diperingati sebagai Hari kereta api Indonesia ). Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia ( Kini PT Kereta Api Indonesia Persero ). 

 Ketika Belanda kembali ke Indonesia pada 1945, Belanda membentuk kembali perusahaan kereta api Belanda di Indonesia yang diberi nama Staatsspoorwegen/Vereegnigde Spoorwegbedrijff ( SS/VS ). Gabungan SS dan seluruh kereta api swasta ( kecuali DSM ).

 Berdasarkan hasil-hasil Konferensi Meja Bundar ( KMB ) pada Desember 1949, pada tahun 1950 DKARI dan SS/VS dilebur menjadi Djawatan Kereta Api ( DKA ). Pada 25 Mei 1950 DKA berganti nama menjadi Perusahaan Negara Kereta Api ( PNKA ). Pada tahun itu mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi publik andalan guna mensejahterakan bangsa tanah air.

 Pada 1971 PNKA berganti nama menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api ( PJKA ). Pada tahun 1991 PJKA berganti nama menjadi Perusahaan Umum Kereta Api ( Perumka ). Pada tahun 1998 Perumka berubah nama menjadi PT Kereta Api Indonesia Persero 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat Bahasa Melayu Dialek Champa Di Kamboja Dan Vietnam

Bahasa Melayu di Singapura